ANDAI DIA TAU
Mataku terpejam, berulang kali tarikan nafas keluar dari mulut, sebanyak itu pula aku meraba dadaku yang seakan tak kenal kompromi, detak jantungku yang tidak lagi memiliki irama.
Sore ini aku akan bertemu dengan teman yang kukenal lewat media sosial. Namanya Aryo eksekutif muda di bidang fashion. Memiliki beberapa butik di kota jakarta.
Beberapa kali juga aku komunikasi via massanger. Untuk memesan beberapa baju via online, dan hari ini kami janji untuk bertemu.
Putaran jam dinding terus berdenting, hingga menunjukan pukul 15:00. aku mulai bersiap, dres putih dengan aksen renda kukenakan, memamerkan sedikit bahu yang putih mulus, makeup falwless dan gaya rambut sedikit di grlly, hills berwarna hitam denga aksen beludru menyempurnakan penampilanku. Aku mematut diri sekali lagi di depan cermin, memastikan jika aku sudah benar-benar sempurna sebelum beranjak pergi.
Dengan menggunakkan taksi online aku menuju tempat yang sudah di sharelok oleh Aryo, sebuah kaffe di bilangan selatan jakarta.
Hanya sekitar 20 menit aku tiba di lokasi, jantungku kembali berdebar, setelah melihat seorang pria idaman, melamabaikan tangannya ke arahku yang sedang menyapu ruangan dengan ekor mata, mencari keberadaan seseorang.
Dengan langkah gemulai aku menghampirinya, ia berdiri seraya tersenyum menyambut kedatanganku. Pria tinggi atletis, kemeja warna salem yang di gulung sebatas siku, potongan rambut ala modeling.
"Oh... my god...!" seru batinku.