Lihat ke Halaman Asli

Catatan di Awal Tahun 2014

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Segala puji bagi pemilik semesta, hari di awal tahun 2014 ini aku merasa sehat dan segar. Diawali dengan kecupan dan pelukan hangat dari anakku tersayang dan gelak tawanya yang berderai, aku tersenyum dan siap menjalani hari ini dan hari-hari kedepan. Aku juga makin semangat ketika suamiku mengatakan bahwa tahun 2013 adalah tahun yang hebat buat aku. Ia membanjiriku dengan kata-kata yang tidak terbersit di otakku. Aku sampai tersanjung hingga tersadarkan kembali akan nikmat tiada tara yang sudah aku dapatkan di tahun 2013 kemaren, dan bahkan di tahun-tahun sebelumnya.

Walaupun tahun lalu tidak selalu berhiaskan warna pelangi, warna gelapnya tidak bertahan lama. Berita duka yang dialami oleh dua orang saudara perempuanku, yang sempat menorehkan luka yang cukup dalam di hati ini, perlahan bisa terobati oleh waktu, walaupun aku akui itu semua tidak akan terlupakan. Mengajarkan dan mengingatkanku lagi bahwa hidup ini tidak sepenuhnya manusia yang mengatur. Bahwa sepahit apapun satu fase dalam  roda kehidupan, hidup tetap harus berjalan dan berputar. Bahwa justru karena hadirnya duka, manusia bisa lebih pandai merasai dan memaknai suka cita. Bahwa ketika sedih dan luka hati begitu menganga dan perih, manusia tidak boleh putus asa karena pasti kasih sayang dan cinta Nya jauh lebih besar dan tidak akan pernah bisa dibendung.

Di awal tahun 2014 ini, aku mengingat kembali akan beruntungnya diriku diberikan tiga nikmat mewah berupa kesehatan, waktu dan kesempatan. Tanpa kesehatan, apalah jadinya diriku ini. Aku tentu tidak akan bisa menemani anakku bermain dan belajar. Tidak bisa membawanya menemui kawan-kawannya dan menikmati fasilitas umum yang baik di kota Riverside. Tidak bisa mencium dan memeluknya sesuka hatiku. Tidak bisa bersikap sabar menangani tingkahnya dan celotehnya yang lucu dan menggemaskan. Tidak bisa mengurus rumah ini bersama suamiku. Tidak bisa bekerja sama dengannya memutar roda kehidupan keluarga seperti yang kami inginkan.

Aku bayangkan jika aku sakit. Aku akan sering terbaring lemah di atas kasur. Suamiku pasti akan kerepotan mengurus semua sendirian, dan anakku juga mau tidak mau harus sering menghibur dirinya sendiri, walau tentu aku percaya seorang anak juga harus belajar menghibur dan menikmati kesendirian, ya itu lain cerita.

Nikmat kesehatan sungguh sangat lah mahal, akan tetapi sering terlupakan dan terabaikan untuk disyukuri dan dimanfaatkan dengan baik.

Lalu tanpa waktu yang cukup dan fleksibel seperti yang aku miliki sekarang, aku tidak akan bisa mengatur acara keseharian semauku, seperti apa yang aku anggap baik untukku dan keluarga kecilku. Aku tidak akan bisa selalu makan pagi dan makan malam bersamaan dengan anakku dan suamiku. Tidak akan bisa sering-sering memasak menu kesukaan keluarga, lalu menikmatinya dengan senyum kemenangan. Tidak akan bisa mengantar dan menjemput suamiku dari kampus, dan menerima kecupan dan ungkapan terima kasihnya setiap hari. Tidak bisa menonton film horror atau film-film asia, membaca buku untuk klub bukuku, atau menulis disela-sela waktuku. Dan jikalau ini menjadi amalku khusus untuk Pemilik semesta, jika aku sakit, aku mungkin tidak bisa ikut meramaikan Sunday School di masjid sini. Tuhan, waktuku yang aku punya ini begitu banyak. Terasa nyaman dan aman tanpa gangguan ketakutan apalagi kelaparan.

Aku diberikan kesempatan oleh sang Pemilik Semesta untuk bisa menikmati semua ini dengan indah. Tidak bisa di bandingkan dengan sebagian manusia di belahan bumi lain yang harus hidup dengan ketakutan, kelaparan, bahkan kedinginan dan kepanasan. Bagi sebagian manusia, jangankan memiliki air panas yang mengalir di kamar mandi rumah hanya dengan satu putaran keran saja, mendapatkan seteguk air bersih untuk minum pun mungkin sangat sulit dan mahal.

Jangankan bisa berdiri di antara lorong supermarket lalu memilah-milih segala jenis makanan yang kemudian bisa dibeli dengan satu gesekan di meja kasir, sebagian manusia yang lain mungkin harus mengais-ngais di tempat sampah untuk sekedar mendapatkan sesuap nasi. Jangankan bisa check up kesehatan dan membeli obat  dengan mudahnya, sebagian orang mungkin harus menahan rasa sakit berkepanjangan karena tidak mampu pergi ke dokter. Jangankan  menikmati indahnya alam dengan hamparan rumput hijau nan luas, menghirup udara bersih, menikmati suara air hujan yang jatuh berirama, bermain asyik di pinggir pantai, sebagian manusia mungkin tidak bisa mendapatkan apalagi bersinggungan dengan alam, terlebih menikmati dan menyadari bahwa  alam juga bisa menjadi sahabat dan menenangkan jiwa.

Tidak hanya alam, aku juga diberikan kesempatan berkenalan dan menjalin kehangatan dengan manusia dengan berbagai jenis nama, warna rambut, cara berpakaian dan cara mereka menyembah Tuhan (atau tidak menyembah-Nya). Aku bersyukur mulutku bisa berbicara sehingga aku bisa mengucapkan salam dan berbagi cerita dengan mereka. Aku bersyukur aku diberikan otak dan fisik yang cukup baik sehingga aku bisa bekerja dan bersekolah. Dengan pengalaman tersebut setidaknya aku memiliki kepercayaan diri untuk bisa bersinggungan dengan beragam manusia dan menjalin kisah-kasih pertemanan dan persahabatan tanpa terhalang bentuk-bentuk lahiriyah manusia.

Ah, aku menemukan kesulitan memilih kata untuk mewakilkan semuanya. Tapi yang pasti, aku, yang  hanya seperti butiran debu di semesta yang luasnya tak terkira ini, sangat tidak pantas dan kurang ajar bila menjadi manusia yang tidak pandai bersyukur. Dengan kesempatan yang aku sudah peroleh dan aku jalani sekarang ini, aku layak menjadi partikel terkecil dari debu yang warnanya hitam pekat dan beraroma bau, jika tidak merasai, menikmati dan memanfaatkan semuanya dengan hati riang dan syahdu.

Dan di tahun 2014 ini dimana aku masih bisa duduk di ruang keluarga rumahku, mengetik di laptopku yang mutakhir dan handal ditemani hangatnya sinar hangat matahari pagi, aku berharap, aku meminta kepada sang Khalik, pemilik jagad raya ini agar aku bisa memanfaat sehatku, waktuku, dan kesempatanku dengan baik dan riang hati di tahun ini dan di tahun-tahun berikutnya, bila umurku masih ada.  Aku berdoa agar aku bisa mensyukuri semua yang ada di hidupku, baik yang aku usahakan secara sadar, maupun yang telah ada dan diberikan dari Sang Pencipta lewat Rahmat-Nya.

Last but not least, aku memohon perlindungan pada Yang Maha Melindungi, agar aku, orang tuaku, keluargaku juga sahabat dan teman-temanku semua diberikan kekuatan diri untuk bisa menghalau rasa malas, bakhil, sedih tak berkesudahan, iri dengki, dan tipu daya manusia. Aku memohon di bimbingNya agar menjadi manusia yang “kaya” yang sadar diri, “kaya” hati, ilmu dan pengalaman. Kaya yang tawadhu: merasa cukup sambil tetap rendah hati karena kita tetap terbatas, karena kita adalah manusia.

Selamat Tahun baru 2014 untuk semua. Semangat!!!!!

Tulisan ini juga di muat di http://nenengrosmy.wordpress.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline