Lihat ke Halaman Asli

Pulau Singkep Penghasil Kayu Besi dan Kayu Nibung

Diperbarui: 22 Oktober 2021   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Pulau Singkep yang merupakan bagian dari rumpun kepulauan Riau, memiliki iklim laut tropis basah, karena dipengaruhi oleh angin laut. Berdasarkan catatan dari BMKG, curah hujan di pulau singkep cukup tinggi dengan suhu rata-rata, 350C, dan kelembaban sekitar  70, 95%. Dengan iklim seperti itu, maka berbagai varietas tanaman tropis tumbuh subur di pulau ini. Dua di antaranya adalah kayu ulin dan kayu nibung.


Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri) yang sering juga disebut kayu besi, adalah pohon kayu yang diameternya bisa mencapai 120 cm, dengan bentuk batang yang lurus.  Dari beragam jenis kayu yang tersedia di alam, kayu ulin merupakan salah satu kayu yang sering dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi, karena bertekstur kasar, kuat dan sangat keras, sehingga memiliki kekuatan dalam menopang bangunan. Selain itu kayu ulin tahan terhadap kelembaban, serangan rayap. perubahan suhu udara, dan juga tahan terhadap air laut.

Kayu ulin sangat sulit dipaku ataupun digergaji, tetapi mudah dibelah. Oleh karena itu, selain dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, kayu ini juga kerap digunakan bahan untuk membuat furniture. Furniture yang menggunakan kayu ulin, walau tidak seindah kayu jati yang memiliki alur artistik, akan tetapi memiliki ketahanan seperti kayu jati, yang tidak mudah terkena jamur, tidak mudah melengkung, dan tidak disukai rayap.

Selain kayu ulin, terdapat pula kayu nibung (Oncosperma tigillarium syn. O. filamentosum). Bentuk pohon nibung mirip palma, dan tumbuh di rawa-rawa.  Bila sudah agak besar, akan tumbuh tunas-tunas baru yang membentuk rumpun hingga 50 batang. Baik batang maupun daunnya terlindung oleh duri keras yang Panjang dan berwarna kehitaman.

Kayu nibung tidak mudah lapuk, sehingga kerap digunakan sebagai penyangga rumah-rumah di tepi sungai. Kayu nibung memiliki tekstur yang bagus, sehingga bila dipoles menggunakan politur, akan memunculkan nuansa artistik. Oleh karena itu kayu ini sering digunakan untuk desain interior.

Dokumen pribadi


Pada tahun 1990 an, ketika para petinggi UPTS (Unit Pertambangan Timah Singkep) harus pindah ke kantor pusat di Jakarta, banyak di antara mereka mengangkut kayu ulin dan nibung ke pulau Jawa dalam jumlah yang cukup banyak dengan menggunakan angkutan laut. Dengan kata lain, spesifikasi kedua kayu ini memberi jaminan bahwa bangunan atau furnitur yang akan mereka buat akan tahan lama.

Meskipun kedua kayu ini bukan termasuk tumbuhan yang dilindungi, akan tetapi keduanya termasuk tumbuhan langka. Oleh karena itu, bila kedua pohon ini dibudidayakan dengan baik di pulau Singkep, maka akan bisa dijadikan komoditi dan ikon yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat pulau Singkep.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline