Lihat ke Halaman Asli

Pengalaman Mengajar di Sekolah

Diperbarui: 1 November 2018   12:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyak sekali pengalaman yang sangat berharga saat mengajar di kelas I Sekolah Dasar. Salah satunya adalah latar belakang siswa yang berbeda, ada yang cerdas namun pemalu atau kurang percaya diri, ada yang hiperaktif tapi dalam akademik saat diberikan tugas ia kurang menyukainya, dan ada pula yang selalu cari perhatian dan keinginannya harus selalu dituruti. 

Begitu banyak perbedaan dalam sifat dan kebiasaan anak, tentunya itu merupakan salah satu tantangan bagi saya sebagai pendidik khususnya mengajar di kelas I.

Dengan kondisi yang penuh warna tersebut, tentunya seorang guru harus di tuntut bisa memecahkan permasalahan tersebut dengan tidak didasari latar pendidikan psikologi pasti akan mendapatkan ilmu dan pengalaman yang sangat berharga. 

Pengajar atau guru-guru yang beruntung ini secara langsung akan belajar dan mendapatkan penemuan-penemuan yang sangat berharga selama proses pembelajaran berlangsung. Tentunya dengan penemuan-penemuan tersebut kita akan menemukan solusi-solusi yang tentunya tidak terduga, atau dengan kata lain "spontanitas".

Dalam perjalanan saya sebagai pendidik di kelas bawah khususnya di kelas I banyak sekali semenjak di angkat menjadi guru bantu pada tahun 2003, saya ditempatkan di SD N Dayeuhkolot 05 Komp. Zipur bertepatan di lingkungan asrama. 

Dengan berbagai perasaan yang bercampur aduk saya ditempatkan di kelas 2. Karena pada saat itu, mereka guru-guru senior disana melihat latar belakang saya adalah seorang yang berpengalaman karena sudah pernah mengajar di TK.

Semenjak itu saya ditetapkan mengajar di kelas I, untuk menggantikan salah seorang guru senior yang diangkat menjadi Kepala Sekolah. Tidak terlalu banyak perbedaan memang anatara mengajar di TK maupun di SD, namun apabila di SD tentunya memiliki tantangan yang lebih meningkat, karena kita perlu memfokuskan peserta didik untuk bisa CALISTUNG. 

Disini tantangan saya yang pertama, anak yang memiliki berbagai macam karakter yang tentunya kita harus dapat menguasai dengan cara-cara yang berbeda pada satu anak dengan anak yang lainnya.

Anak usia Sekolah Dasar khususnya di kelas I, belum dapat mengembangkan keterampilan kognitifnya secara penuh. Anak kelas I belajar belajar dari hal-hal yang kongkrit misalnya dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa, dan tentunya kita harus dapat mengemasnya secara menarik supaya anak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan agar pembelajaran tidak membosankan, dari alat peraga yang membuat anak senang.

Contoh yang lainnya pada saat saya mengajarkan penjumlahan saya mencoba menggunakan bentuk maupun benda-benda yang menarik sehingga anak dapat merasa betah berada di kelasnya. Itulah salah satu strategi untuk menarik perhatian dalam proses belajar mengajar siswa kelas I SD, dan tentunya banyak sekali pengalaman lainnya namun tidak terlepas dari semua itu saya lebih mengutamakan pembentukan karakter dalam kehidupan yang nyata. 

Pendekatan agama yang lebih utama dengan pembentukan akhlak yang baik karena itu semua merupakan hal yang penting dan sebagai pondasi awal. Generasi penerus bangsa sepintar dan secerdas apapun harus memiliki akhlak yang baik. InsyaAlloh dengan itu, Bangsa Indonesia mempunyai penerus Bangsa yang hebat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline