Lihat ke Halaman Asli

Profesi itu Bernama "Mengemis"

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebetulnya saya agak risi untuk menulis hal ini, karena Pengemis-pengemis bisa jadi merupakan ladang pahala amal dan sedekah kita, tapi sungguh kebiasaan mengemis sekarang ini sudah harus menjadi perhatian serius dari pemerintah untuk memberantas profesi ini.

Pengemis-pengemis yang menjalankan profesinya ini memulai jam kerja sejak pengunjung ramai datang ke lokasi perkantoran saya. Biasanya pembagian wilayah kerjanya meliputi jembatan penyebrangan, pintu parkir 1 dan 2. Beranjak siang, ada yang bertugas ke lokasi ruko yang lain, kemudian kalau ada keramaian mereka berbondong2 datang ke lokasi. Jika jam makan siang tiba, mereka juga makan nasi bungkus yang entah beli dimana. Dilihat dari penampilan fisik mereka, rata-rata sehat, bugar, bersih, namun entah mengapa kok mereka tidak malu untuk menengadahkan tangan, Apa karena profesi ini menjanjikan penghasilan yang tinggi kali.

Saya malah pernah memergoki salah seorang pengemis yang biasa nongkrong di atas jembatan penyebrangan, naik angkot bareng, ternyata turunnya bareng dengan saya, sama-sama menaiki jembatan penyebrangan, hanya bedanya saya turun ke kantor saya, si pengemis tetap bertahan di atas jembatan untuk menjalankan  menjalankan profesi dari pagi sampai sore, bedanya saya di ruangan tertutup, dia di ruangan terbuka, tapi masalah penghasilan bisa jadi besaran dia daripada saya.

Iseng, saya pernah tanya pada seorang anak pengemisnya, datang darimana? dia jawab dia datang dari Indramayu naik bis menuju BSD Tangerang Selatan. Sungguh ini menjadikan perasaan saya miris, karena mereka rela berbondong-bondong datang ke kota besar dengan tujuan mengemis, atau mungkin hanya profesi ini yang masih mempunyai peluang karir untuk dan lowongan yang tidak terbatas? entahlah... yang jelas, dengan melihat kebiasaan mereka di kota saya, dimana setiap pagi sampai malam saya sering bertemu dengan rombongan pengemis dari itu ke itu, membuat saya yakin, bahwa Mengemis merupakan profesi mereka, dan sedekah saya rasanya tidak patut disalurkan pada mereka, astaghfirullah




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline