Lihat ke Halaman Asli

Krisis Inggris di Tengah Isu Resesi

Diperbarui: 9 Oktober 2022   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejak 6 September 2022, Inggris resmi memiliki Perdana Menteri baru, yakni Mary Elizabeth Truss atau yang akrab dikenal  dunia dengan sebutan Liz Truss. Sayangnya, sejak tiga minggu menjabat, sejumlah pihak sudah menuntut Truss untuk menunjukkan kredibilitasnya di depan para investor. Tuntutan ini merupakan dampak dari beberapa kebijakan yang Inggris terapkan hingga saat ini.

1. Kebijakan Pemotongan Pajak

Sejak tahun 1972, Inggris duah memberlakukan kebijakan pemotongan pajak yang cukup besar. Alhasil nilai mata uang poundsterling terkoreksi hingga 4,37% , yakni 10.382 dollar AS per pounds dan menuai kritik tajam masyarakat. Angka ini terhitung sejak September 2022 dan merupakan niolai terendah sejak tahun 1985.

2. Penerbitan Utang

Permasalahan selanjutnya datang dari Kwasi Kwarteng. Menteri Keuangan Inggris ini diketahui berencana menambah hutang baru sebesar 72 miliar pounds atau setara dengan 117 triliun rupiah guna mendukung bisnis rumah tangga dari mahalnya biaya energy. Menteri Keuangan ini juga dinilai mendukung pemulihan ekonomi yang direncanakan Truss melalyi kompensasi proposal pemotongan pajak dari dana pinjaman. . Langkah ini bertolak belakang dengan Bank Sentral Inggris, yakni BOE.

3. Suku Bunga Naik

Kebijakan yang diambil Truss dinilai salah dan membuat pasar Inggris jatuh. Akibatnya, BOE terpaksa menaikkan menaikkan suku bunga dalam langkah pencegahan. BOE juga membeli sejumlah emas tua dan barang berharga lainnya guna memulihkan ekonomi pasar. Kebijakan ini menimbulkan dua resiko, yakni ketakutan dari investor karena suku bunga naik secara agresif dalam hitungan minggu serta mosi tidak percaya terhadap kebijakan pemerintah Inggris di masa mendatang.

Efek Krisis Inggris

1. Kenaikan Harga Pangan

Saat ini Inggris mengalami krisis biaya hidup yang diakibatkan oleh kenaikan harga energy dan bahan pangan yang berakibat pada inflasi Inggris yang melesat. Pada bulan Juli 2022, angka inflasi ini mencapai lebih dari 10% dan merupakan level tertinggi sejak tahun 1980. Tidak hanya biaya komoditas, naiknya biaya listrik mengakibatkan semakin mahal biaya sewa property.

2. Tagihan Energi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline