Lihat ke Halaman Asli

Peran Motivasi dan Lingkungan dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran

Diperbarui: 25 Mei 2024   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Peran motivasi 

Menurut Hasibuan Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi dapat diberikan oleh orang lain, seperti motivator, atau dapat didapatkan dari dalam diri sendiri melalui hasrat, minat, kebutuhan, harapan, dan cita-cita. Motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui kegiatan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Hal ini mencakup pengenalan konsep materi pembelajaran yang sesuai, memungkinkan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran, serta melakukan latihan berulang.

Motivasi belajar dan dorongan belajar menentukan keberhasilan pembelajaran yang benar-benar efektif. Mobil tidak akan berjalan tanpa bensin, anak-anak tidak akan belajar tanpa motivasi. Namun, tidak semua siswa termotivasi secara intuitif dan intrinsik untuk belajar. Beberapa anak perlu dimotivasi dan guru perlu mengembangkan cara dan metode untuk mengaktifkan dan memfasilitasi motivasi ini.

1. Motivasi karena tugas

Bagi banyak orang, memikirkan jenis tugas tertentu saja sudah cukup untuk memotivasi mereka. Menjadi tanggung jawab guru untuk mengembangkan tugas-tugas yang dapat dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, ketika membuat tugas, perlu dipastikan bahwa tugas tersebut memotivasi, dan sangat penting bagi siswa untuk percaya bahwa tugas tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Penting juga untuk membagi tugas menjadi langkah-langkah kecil, dan setiap langkah menunjukkan hasil pekerjaan yang dapat dicapai dan memberi penghargaan kepada siswa.

2. Motivasi karena penghargaan

Meskipun penghargaan bermanfaat, penghargaan ini harus dilihat sebagai strategi jangka pendek langkah menuju motivasi diri. Penghargaan biasanya member hasil hanya dalam jangka pendek dan dapat mebantu anak-anak yang memerlukan peningkatan kemampuan, terutama jika mereka mendapati tugas tertentu sangat menantang. Penghargaan juga harus diraih dan pembelajar harus menganggap penghargaan tersebut penting. Yang sangat ideal adalah penghargaan apapun dinegosiasikan dahulu dengan pembelajar.

3. Motivasi sosial pengaruh kelompok teman sebaya

Menunjukan pembelajar lebih menyukai Belajar sendiri, sedangkan pembelajar lain memerlukan interaksi sosial. Interaksi sosial sangat menguntungkan karena dapat membantu mengembangkan keterampilan sosial yang penting, seperti menerima, berbagi, dan mendengarkan pendapat orang lain. Proses membantu dan bekerja dengan orang lain itu sendiri dapat menjadi motivasi.

4. Motivasi karena umpan balik

Setiap pembelajaran membutuhkan umpan balik untuk memastikan mereka berada pada jalur yang benar, namun umpan balik sering kali digunakan sebagai alat penilaian atau koreksi. Dengan menggunakan umpan balik seperti ini, guru menempatkan dirinya pada risiko karena motivasi siswa menurun. Penting juga agar umpan balik dipandang berbeda dari pekerjaan perbaikan. Umpan balik harus berkesinambungan dan spesifik serta tidak terjadi di akhir tugas.

5. Sekolah yang memberi motivasi

Motivasi merupak tanggung jawab seluruh unsure sekolah dan terutama melibatkan manajemen sekolah. Penting motivasi kita tanamakan ke etos sekolah. Sering moto sekolah memiliki pesan mendalam dan memotivasi.

B. Peran lingkungan 

Peran lingkungan dalam mempengaruhi pembelajaran sangat signifikan. Lingkungan belajar yang kondusif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan kenyamanan individu-individu yang menempati lingkungan tersebut, dan membantu dalam proses tumbuh kembang anak secara optimal. Lingkungan belajar yang baik dapat menciptakan suasana yang mendukung dan tenang, serta kegiatan yang dilakukan harus benar-benar mendukung dalam belajar anak


Guru memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Mereka dapat berperan sebagai pengelola kelas, mengatur dan mengawasi kegiatan-kegiatan belajar yang terarah pada tujuan pendidikan. Guru juga dapat berperan sebagai fasilitator, memberikan fasilitas yang diperlukan untuk berbagai kegiatan belajar dan mengajar. Selain itu, guru dapat berperan sebagai mediator, memahami bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi untuk menciptakan kualitas pembelajaran yang interaktif secara maksimal. Guru juga dapat berperan sebagai motivator, mendorong siswa untuk semangat dan aktif belajar dengan cara yang efektif.


Lingkungan belajar yang baik juga dapat meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik. Lingkungan belajar yang kondusif dapat menciptakan kenyamanan aktivitas siswa dalam setiap proses pembelajaran, termasuk meningkatkan konsentrasi belajar. Penelitian menunjukkan bahwa peran lingkungan belajar sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya para peserta didik baik dalam aspek intelektual maupun aspek emosional

Peran lingkungan dalam mempengaruhi pembelajaran sangat penting. Lingkungan belajar yang kondusif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan kenyamanan individu-individu, dan membantu dalam proses tumbuh kembang anak secara optimal. Guru memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif, serta lingkungan belajar yang baik dapat meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik.

KESIMPULAN

Motivasi dan lingkungan belajar memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas belajar. Motivasi dapat diperoleh dari dalam diri sendiri melalui hasrat, minat, kebutuhan, harapan, dan cita-cita, serta dapat diberikan oleh orang lain seperti motivator. Lingkungan belajar yang kondusif dapat menciptakan suasana yang mendukung dan tenang, serta kegiatan yang dilakukan harus benar-benar mendukung dalam belajar anak.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.

Daradjat, Zakiah. et al, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Edisi II, Cet. II; Jakarta: PT. Bumi  Aksara, 2001.

Saefudin Udin Sa’ud. Inovasi Pendidikan. Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2008.

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. 2011.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline