Saya kalau mau shalat ashar harus mandi dulu agar badan merasa enak dan nyaman. Sambil duduk sore menunggu azan magrib saya membuka hp android kesayangan.
Mengapa dikatakan kesayangan karena hp ini adalah pusat informasi baik dari teman maupun dari keluarga sendiri.
Seandainya tidak dibuka dan dibaca akan ketinggalan informasi. Informasi pagi hari bisa saja berubah.
Contoh pagi hari diumumkan digrup chat nanti sore latihan rebana kemudian pengumuman berubah menjadi "ibu yang ada di grup ini latihan dipending karena banyak yang izin.
Sementara saya tidak membaca WA langsung saja ke TKP. Sesampai di sana kosong dan hanya ada ibu Yuni, ibu EPA, dan Bapak Bambang garim mesjid.
Jangan-jangan tidak latihan karena sebelum berangkat tidak buka wa langsung berangkat. Lihat dulu apa ia saya yang tidak baca wa bisik hati ini, e-rupanya yes betul.
Sore ini saya melihat dari tayangan YouTube bahwa adanya penghapusan profesi tunjangan guru dan dosen. Ibu Ketum sebelum merasakan bahwa ada perasaan untuk dihapuskan tunjangan profesi guru dan dosen ini. Kata beliau ini perasaan seorang bu akhirnya juga terbukti.
Menyimak apa yang diperjuangkan ibu Ketum sebagai ketua pengurus PGRI bersama bapak ibu yang lain dari pihak PGRI. Saya dari daerah ikut mendoakan agar dikembalikan lagi RUU yang mensahkan Tentang Tunjangan Profesi guru dan dosen.
Kalau dihapuskan tunjangan profesi guru dan dosen akan terpuruk bangsa ini khususnya pendidikan.
Guru dan dosen tidak bersemangat lagi masuk kelas menjumpai siswa-siswa yang dibanggakan. Saya berpikir mengapa pihak guru yang dibuat seperti ini.
Kata ibu Ketum "kami guru dijadikan PPPK diam sekarang tunjagan pula yang akan dihapuskan". Beliau akan menyurati kementrian pendidikan dan kebudayaan. Saya sebagai guru dari daerah tetap mendukung Pengurus PGRI untuk memperjuangkan nasib dan masa depan guru Indonesia.