Ketika Ajinomoto mengehelat lomba menulis, hal yang langsung terpikirkan oleh saya adalah Ayah. Bagaimana Ayah dalam setiap masakannya tidak bisa lepas dari Ajinomoto. Sebelumnya saya ingin menginfokan bahwa Ayah saya suka memasak. Tidak hanya suka, Ayah pintar memasak, bahkan lebih pintar memasak daripada saya. Ayah saya bukanlah seorang koki, tapi waktu bujangnya ia pernah bekerja di rumah makan Padang. Sebagai orang Padang yang suka membuat gulai, hampir setiap gulai yang dibuat Ayah memakai penyedap rasa Ajinomoto.
Kebersamaan Ayah saya dengan Ajinomoto sudah lama, mulai [yang saya ketahui] dari saya SD hingga sekarang saya sudah bekerja, Ayah saya selalu setia menggunakan Ajinomoto dalam setiap masakannya. Dan setiap kali pula saya merasa kesal karena sering disuruh Ayah ke warung untuk membeli Ajinomoto. Bukan apa-apa, alasannya karena rasa malas saya, sebab terkadang saya sedang mengerjakan sesuatu dan harus meninggalkan kegiatan tersebut untuk ke warung membeli Ajinomoto, tersebab masakannya sudah mau matang.
Ayah tidak akan mau mengangkat masakannya sebelum menggunakan Ajinomoto. Pernah suatu ketika Ajinomoto tidak ada di warung, lalu saya membeli penyedap rasa yang lain, Ayah malah tidak mau menggunakannya. Kenapa harus Ajinomoto kata saya? Karena Ajinomoto rasanya beda kata Ayah. Terdengar berlebihan memang, tapi itulah kenyataannya.
Lalu, masakan apa saja yang sering dibuat Ayah dengan Ajinomoto. Sebenarnya banyak. Namun untuk masakan rumahan, Ayah paling sering membuat sayur bening. Untuk sayur, Ayah menyukai sawi. Sayur yang dibuat Ayah sangat simple, tapi rasanya gurih. Anda pun bisa membuatnya di rumah. Anda cukup menyiapkan sawi yang segar (Ayah saya lebih suka sawi yang tidak terlalu tua/ tidak terlalu hijau). Lalu sediakan bawang merah, bawang putih, daun bawang, saledri, tomat, garam, minyak goreng secukupnya, dan air. Dan pastikan Ajinomoto tidak ketinggalan.
Pertama-tama, Anda potong sayur sesuai selera. Panaskan minyak goreng secukupnya. Bawang merah dan bawang putih diiris. Ingat, bawang merah harus lebih banyak dari bawang putih. Biasanya perbandingannya, 3:1. Tiga suing bawang merah dan satu suing bawang putih. Daun bawang, saledri, dan tomat juga diiris tipis. Jika tidak ingin rasanya terlalu asam, tomatnya tidak perlu banyak, cukup setengah butir saja.
Setelah minyak panas, masukkan irisan bawang. Agar wangi, tunggu sampai irisan bawang berwarna kecoklatan. Jika sudah, baru masukan irisan daun bawang, saledri, dan tomat. Oseng-oseng. Lalu masukan potongan sayur dan aduk. Setelah sayur agak layu baru masukkan air dan terakhir tambahkan Ajinomoto secukupnya. Tunggu sampai mendidih. Jika sudah, angkat dan sayur siap dihidangkan.
Ini resep dari Ayah yang sering saya coba di asrama waktu kuliah dulu. Kata teman-teman saya, sayur yang saya buat enak. Padahal ada beberapa bahan yang kurang seperti daun bawang dan tomat. Tapi hal itu tidak mengurangi rasanya. Pastinya karena Ajinomoto yang selalu saya bubuhkan setiap memasak sayur, sehingga sayur yang saya masak menjadi enak, gurih, dan segar. Begitulah keseharian Ayah dengan Ajinomoto. Berikut salah satu foto Ayah yang sengaja dikirim langsung dari Padang. Berhubung saya sekarang merantau dan jauh dari Ayah, jadi saya tidak punya banyak foto-foto kebersamaan Ayah dengan Ajinomoto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H