Lihat ke Halaman Asli

Praktisi Pertanian Taiwan Mengajari Teknik Propagasi di Bogor

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Mengajari teknik propagasi, membagi bibit unggul secara cuma-cuma & memabantu petani untuk memasarkan hasil pertanian mereka. Missi sangat keren!!! Weldone ICDF Taiwan. BISA DI DOWNLOAD DALAM BENTUK PDF, CLIK DISINI. ========================================================= Kunjungan penelitian & pembelajaran – Teknologi pembiakan (propagasi) tanaman secara modern dari Taiwan Ditulis oleh: Nelly Andon Br-Torus Untuk Project Eco Farm (The Eco Farm Project) http://www.tefp.org Lokasi kunjungan: Taiwan Technical Mission, Agribusiness Development Centre Lokasi: Kampus Intitute Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Jawa Barat Tanggal kunjungan: 07 Juli 2010. ============================================================== Teknologi pembiakan tanaman yang tegap (robust), melalui grafting (sejenis cangkok). Ada bermacam-macam cara untuk membiakkan (propagasi) tanaman, dan beberapa cara ditempuh untuk mempercepat pembuahan (produksi). Propagasi (pembiakan) dari biji, tentunya adalah propagasi normal namun jangka mencapi tanaman dewasa bisa sangat lama. Propagasi seperti cangkok (air layering) sudah lama dikenal di Indonesia, dan propagasi grafting pun mungkin sudah dipraktekkan lama di negeri ini. Namun di ICDF, kami menemukan objektif yang lebih innovative. Apa itu grafting? Pada dasarnya, system grafting dalam pembiakan tanaman adalah memadu (mempersatukan) satu tanaman dengan tanaman lain untuk mencapai hasil produksi yang lebih memadai. Pada dasarnya tujuan pembiakan secara grafting adalah untuk meningkatkan suksesnya pertumbuhan satu tanaman (tunas yang akan dipadu) apabila dipadu dengan pangkal tanaman lain yang lebih kuat dan tegar, untuk mendapatkan quality tanaman yang lebih bagus dan tahan banting (robust). Illustrasi dari salah satu basic system grafting yang sering dipakai. Di ICDF, kami mengamati beberapa jenis tanaman yang dibiakkan melalui grafting, namun kami akan menjelaskan salah satu tanaman yang menurut kami sangat menarik untuk dipelajari para petani kita di tanah air karena tanaman ini masih belum dikenal secara meluas di Indonesia. Experimentasi yang kami amati adalah grafting antara jenis Jujube asal Taiwan dan jenis Jujube asal Indonesia. JUJUBE HIJAU Jujube itu adalah sejenis apple hijau dengan berbagai ukuran dan kadar gula yang dikandung, tergantung dari mana asal usulnya. Jujube yang diexperimentasikan di ICDF adalah Jujube Taiwan dengan ukuran cukup besar dan rasa sangat manis dan renyah. Dipadu dengan Jujube Indonesia yang berukuran cukup kecil dengan rasa yang cukup asam. Jujube sangat popular di Taiwan, Thailand, Vietnam dan India. Tentunya tidak semua jenis tanaman yang datang dari luar Indonesia akan tumbuh dengan sukses di negeri ini, namun dengan memadu tunas dari Jujube Taiwan dengan batang/akar dari Jujube Indonesia, maka terciptalah tanaman baru dengan Jujube yang lebih nikmat dan renyah dan bisa tumbuh dengan sukses di Indonesia. Jadi tujuan dari experimentasi ini adalah, memberikan kesempatan untuk tanaman pendatang untuk tumbuh sukses di Indonesia dengan menumpang di batang atau akar dari tanaman sejenis yang bisa tumbuh sukses di wilayah pilihan. Sedikit info ilmiah mengenai Jujube: Nama lazim (umum) : Jujube Nama Botani: Ziziphus jujube Asal (origin): China Estimasi ukuran pohon dewasa: lebih kurang 3 m Jujube Indonesia Jujube Taiwan Di ICDF Centre, Bogor, Mr Young, manager dari center tersebut mengajari kariawan nurserynya cara system propagasi grafting (gambar bawah). Pucuk Jujube Taiwan yang di graft ke batang Jujube Indonesia. Contoh tunas yang tumbuh sukses. Mr Young menjelaskan pada saya bahwa dalam relatif jangka singkat, kurang lebih 2 tahun, Jujube idamanpun sudah dapat berproduksi Jujube yang sudah ranum (matang), siap dipanen Missi utama ICDF Tentunya misi dari ICDF di Indonesia bukan hanya sekedar mengajari petani untuk mengadopsi system grafting, tapi disini mereka membuka peluang agribusiness untuk petani setempat. Di center ini mereka mengembangkan bibit unggul yang diberikan secara cuma-cuma kepada petani local yang mandiri dan ingin maju. Bibit unggul didistribusikan melalui seleksi dan kalau bibit unggul tersebut sudah berbuah, ICDF akan membantu untuk memasarkan hasil tani tersebut ke supermarket atau untuk ekspor. Bayangkan kalau Department Pertanian Indonesia memiliki badan tertentu yang mengaplikasikan system yang dipakai ICDF, dimana Dept Pertanian menyebarkan bibit unggul kepada petani yang berprestasi secara cuma-cuma dan Dept pertanian mencoba untuk mencari channel pemasaran dari produk tani tersebut. Barangkali saudara pembaca tau bahwa system ini sudah ada di Dept Pertanian kita? Saya belum pernah mendengarnya. Semoga misi ICDF akan meluas ke beberapa tempat lagi di Indonesia, lebih keren lagi kalau sistemnya disebarkan secara organik. Semoga badan-badan penelitian lainya bisa mengikuti jejak ICDF Salam Agro

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline