Lihat ke Halaman Asli

Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Diperbarui: 1 April 2019   16:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: dokpri

Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang terletak di dekat Taman Suropati, Jakarta Pusat ini merupakan museum sejarah yang didalamnya menceritakan mengenai dektik-detik sejarah peristiwa perumusan naskah proklamasi yang dihadiri oleh para tokoh yang turut terlibat dalam peristiwa tersebut. Gedung yang digunakan sebgaai museum ini didirikan sekitar tahun 1920-an oleh arsitek Belanda J.F.L. Blankenberg yang dibuat bergaya seperti arsitektur Eropa dengan luas tanah 3.914 m2 dan luas bangunan 1.138,10m2. Pada tahun 1931, pemilik gedung tersebut adalah PT.Asuransi Jiwasraya. 

Ketika perang Pasifik pecah, gedung tersebut digunakan oleh British Consul General sampai akhirnya Jepang menduduki Indonesia. Pada masa penjajahan Jepang, gedung terebut menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda, Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat Jepang. Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, gedung tersebut tetap digunakan sebagai kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda sampai sekutu mendarat di Indonesia pada September 1945. 

Setelah kekalahan Jepang, gedung tersebut menjadi Markas Tentara Inggris. Pemindahan status kepemilikan gedung tersebut terjadi dalam aksi nasionalisasi terhadap milik bangsa asing di Indonesia. Gedung tersebut akhirnya diserahkan kepada Departemen Keuangan dan pengelolaannya dilakukan oleh perusahaan Asuransi Jiwasraya. Pada 1961, gedung tersebut dikontrak oleh kedutaan Inggris sampai tahun 1981. 

Setelah itu, gedung tersebut diterima oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 28 Desember 1981. Kemudian, pada tahun 1982, gedung tersebut sempat digunakan sebagai oleh Perpustakaan Nasional sebagai perkantoran. Gedung tersebut menjadi sangat penting artinya bagi bangsa Indonesia karena pada tanggal 16 sampai 17 Agustus 1945, terjadi perwtiwa sejarah yaitu perumusan naskah proklamasi bangsa Indonesia. 

Oleh sebab itu, pada tahun 1984, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Nugroho Notosusanto, menginstruksikan kepada Direktorat Permuseuman agar bisa merealisasikan gedung bersejarah ini untuk menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan No.0476/1992 tanggal 24 November 1992, gedung yang terletak di Jalan Imam Bonjol No.1 ini ditetapkan sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi, yaitu sebagai Unit Pelaksana Teknis di Bidang Kebudayaan di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 

Sekarang, Museum Perumusan Naskah Proklamasi berada di lingkungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.47 tahun 2012 tanggal 20 Juli 2012.

Foto: dokpri

Di dalam Museum Perumusan Naskah Proklamasi ini, terdapat beberapa ruangan yang dapat menggambarkan peristiwa yang sudah terjadi di masa lampau yaitu ketika proses perumusan naskah proklamasi sedang berlangsung. Dengan memasuki ruangan-ruangan ini, kita dapat lebih mudah untuk membayangkan peristiwa yang telah terjadi. Ruangan yang pertama adalah Ruang Pertemuan. 

Ruang tersebut merupakan tempat peristiwa sejarah pertama dalam perusapan perumusan naskah proklamasi terjadi. Setelah kembali dari Rengasdengklok, tanggal 16 Agustus 1945, pada pukul 22.00 waktu Indonesia Barat, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebardjo diterima oleh Laksamana Muda Tadashi Maeda di ruang pertama tersebut. Ruangan yang keua adalah Ruang Perumusan. Ruang tersebut merupakan tempat dirumuskannya naskah proklamasi. 

Pada dini hari menjelang pukul 03.00 Waktu Indonesia Barat, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo memasuki ruangan tersebut untuk merumuskan konsep naskah prokamasi. Kemudian ada pula ruangan ketiga yang merupakan Ruang Pengetikan. Setelah persetujuan dari para hadirin, Ir. Soekarno meminta Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi agar terlihat lebih rapih. Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi di ruang bawah tangga, ditemani oleh B.M. Diah. 

Terakhir adalah ruang keempat yaitu Ruang Pengesahan. Ruang pengesahan ini merupakan tempat dimana konsep naskah proklamasi disetujui oleh seluruh hadirin yang datang, kurang lebih 40 sampai 50 orang, serta tempat dikisahkannya naskah proklamasi yang ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama Bangsa Indonesia. Peristiwa ini berlangsung menjelang subuh, pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 bertepatan pada bulan suci Ramadhan. Pada ruang utama ketika memasuki museum juga terlihat sebuah piano yang merupakan tempat penandatanganan naskah proklamasi yang dilakukan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mh. Hatta. Selain itu, pada lantai keduanya terdapat barang-barang yang disimpan dari peristiwa itu seperti  tas, dokumen, daan masih banyak lagi.

Foto: dokpri

Selain dari peristiwa dan tempat terjadinya, ada banyak tokoh yang berperan dalam terlaksananya peristiwa ini sehingga mereka juga tidak bisa dilupakan. Informasi tentang para tokoh juga merupakan suatu porsi yang penting dalam pengumpulan informasi menurut Museum Perumusan Naskah Proklamasi ini karena kehadiran para tokoh bukanlah suatu hal yang kebetulan, terdapat proses panjang yang menjadikan para tokoh dapat berkumpul dalam suatu peristiwa yang penting dalam terbentuknya Negara dan Bangsa Indonesia. 

Tokoh-tokoh yang telah berjuang dengan cara dan kemampuan mereka masing-masing akhirnya dipertemukan dalam peristiwa perumusan naskah proklamasi 16 Agustus 1945. Tokoh-tokoh yang terlibat diantaranya adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad Soebardjo, Dr. Mohammad Amir, Dr. Boentaran Martoatmodjo, Mr. I Goesti Ketut Poedja, Mr. A. Abbas, Mr. Iwa Kusumasumantri, Mr. Johanes Latoeharhary, Samaun Bakry, Mr. Teukoe Moehammad Hasan, Ki Hadjar Dewantara (Mas Suwardi Suryaningrat), R. Oto Iskandar di Nata, Dr. K. R. T. Radjiman Wedioningrat, Mr. Soetardjo Kartohadikusumo, Prof. Dr. Mr. R. Soepomo, R. Soekarjo Wirjopranoto, Dr. G. S. S. J. Ratulangi, Burhanuddin Moehammad Diah, Sukarni, Chaerul Saleh, Sayuti Melik, Anang Abdoel Hamidhan, Ki Bagoes Hadikusumo, Andi Pangerang, Abidoesno, Tjokrosoejoso, Dr. Samsi Sastrowidagdo, dan Soediro (Mbah).

Foto: dokpri


Museum ini dapat dikunjungi oleh semua orang, baik yang belum belajar mengenai proses perumusan naskah proklamasi maupun yang sudah mempelajadi tentang proses perumusan naskah proklamasi, agar bisa lebih mengerti tentang apa yang telah terjadi ketika proses perumusan naskah proklamasi. Bahkan orang-orang asing pun dapat datang ke museum ini jika ingin mengetahui bagaimana Indonesia bisa merdeka dan bagaimana proses perumusan naskah proklamasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline