Tahukah kalian, Baduy akhirnya masuk ke dalam 50 besar desa wisata terbaik di Indonesia?
Baduy memang punya keunikan tersendiri dibanding desa wisata lain. Jika destinasi lain rata-rata dikonsep sesuai keinginan wisatawan, di Baduy, para wisatawanlah yang harus mengikuti aturan-aturan desa. Meski begitu, bukan berarti masyarakat Baduy adalah orang-orang yang terisolasi dari dunia luar. Mereka hanya masih memegang teguh adat istiadat dan menetap di pedalaman hutan sebagai wujud melestarikan alam.
Baduy sendiri terbagi menjadi dua, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Perbedaannya ditandai dengan pakaian warga lokal, yaitu pakaian hitam untuk Baduy Luar dan putih untuk Baduy Dalam. Masyarakat Baduy Luar cenderung lebih terbuka, wisatawan masih diperbolehkan menggunakan perangkat elektronik berupa handphone dan kamera untuk memotret.
Sedangkan Baduy Dalam dilarang. Sejatinya, mengunjungi pemukiman Baduy bukan sekadar jalan-jalan melainkan "mempelajari" bagaimana cara hidup berdampingan dengan alam. Alasan itu juga yang membuat Kemenparekraf mendukung pengubahan nama wisata Baduy menjadi Saba Baduy yang berarti "silaturahmi" agar para wisatawan dapat menghargai adat istiadat dan aturan yang ada di Desa Kanekes.
Untuk mencapai kawasan Lebak, Banten, kita perlu menempuh perjalanan naik kendaraan kurang lebih 4 jam. Setelah sampai di sana, ada tiga pintu masuk dengan rute dan jarak tempuh yang berbeda-beda.
Jika kita masuk melalui pintu Ciboleger, kita harus melakukan hiking kurang lebih 7 jam ditemani pemandu warga asli Baduy. Setelah melewati Baduy Luar, kita akan naik turun bukit di tengah-tengah hutan yang lebat dan sunyi.
Hanya suara burung yang sesekali memekak nyaring. Hingga akhirnya rasa lelah menjadi kepuasan saat berhasil menginjakkan kaki di Baduy Dalam. Di sanalah para wisatawan wajib mengikuti semua aturan yang berlaku.
Tidak boleh mandi atau mencuci menggunakan sabun, pasta gigi, sampo, dan produk berbahan kimia; melakukan aktivitas mandi dan buang air di pinggir sungai (pada saat itu tersedia bilik yang terbuat dari bambu. Wisatawan juga disediakan tempat menginap di rumah warga dengan kondisi seadanya, yang apabila malam hari tidak ada penerangan lampu, kecuali api obor.
Memang seru merasakan pengalaman tinggal bersama warga Baduy Dalam. Namun, dengan segala keterbatasannya tentu Saba Baduy akan sulit menjadi Desa Wisata Ramah Berkendara yang notabene berada di kaki gunung.