Apa yang dikuatirkan masyarakat dari herd immunity adalah terpaparnya kelompok lansia dan orang-orang yang memiliki metabolic syndrom (MetS) dan obesitas (ketiganya kita sebut High Risk Group) yang berakhir dengan fatalitas.
Di tengah ketiadaan vaksin, bayangan herd immunity membuat kita gamang. Saya membayangkan sebuah model perang kota dan kita berjalan di antara gedung pencakar langit yang dipenuhi snipers/penembak jitu. SARS-CoV 2 bagaikan snipers yang siap membidik dari tempatnya bersembunyi.
Ilustrasi diatas tidak dimaksudkan untuk menambah ketakutan kita semua. Saya justru ingin kita melihat permasalahan seputar kondisi paska pelonggaran PSBB secara rasional agar kita bersiap. Mari kita lihat akar masalah yang sesungguhnya dengan pikiran yang jernih dan hati yang tenang.
Perspektif yang umum muncul di masyarakat adalah:
1. Virus SARS-CoV 2 itu pembunuh no. 1;
2. Virus SARS-CoV 2 hanya bisa dikalahkan oleh vaksin lewat imunisasi;
3. Herd immunity hanya mungkin sukses dengan imunisasi
Catatan: Vaksin SARS-CoV 2 belum tersedia hingga saat ini.
Mari kita lihat satu per satu.
1. Benarkah SARS-CoV 2 itu pembunuh no. 1?
Diperlukan kejujuran dari pihak yang memiliki data kematian yang diduga korban SARS-CoV 2. Data kasus fatalitas di negara-negara lain menyebutkan profil risiko dari setiap kasus kematian. Diketahui rata-rata fatalitas terjadi pada pasien yang memiliki riwayat penyakit metabolik atau termasuk dalam High Risk Group. Penyakit yang sudah ada itu disebut komorbiditas.
Faktanya banyak kok orang-orang yang terkena SARS-CoV 2 dan mereka sembuh. Artinya fatalitas SARS-CoV 2 bergantung pada kondisi pasien. Jika dia memiliki komorbiditas, maka risikonya menjadi bertambah. Jika tidak memiliki komordibiditas, peluangnya untuk sembuh lumayan besar.
Dalam hal demikian, langkah yang tepat adalah mengidentifikasi masyarakat yang tergolong dalam High Risk Group dan memberikan protokol untuk memperbaiki metabolisme mereka.
Seiring perbaikan metabolisme, maka sistem imun mereka pun akan lebih responsive. Harus dipahami, kecepatan dan ketepatan respon imun amat sangat mempengaruhi kesuksesan tubuh melawan infeksi Covid19.
Mengingat belum meratanya pemahaman di kalangan masyarakat, Pemerintah harus mengedukasi masyarakat cara meningkatkan sistem imun melalui perbaikan metabolisme.