Lihat ke Halaman Asli

Hey Perempuan, Hitam Putih Kulitmu, Syukuri!

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cantik sepertinya menjadi hal yang paling dicintai setiap makhluk yang namanya perempuan. Keinginan untuk terlihat cantik yang besar ini, membuat wanita-wanita banyak yang berlaku di luar batas normal.

Diet mati-matian, sampai bulmia juga, lalu ada yang rela ngeluarin puluhan juta untuk sedot lemak dan konsultasi di ahli gizi, atau trainer khusus. Kalau aku di pihak mereka, sayangnya uang puluhan juta itu, bagus dipakai untuk traveling ke daerah atau kota bahkan negara lain.

Itu masih kasus, untuk dapetin tubuh seperti manekin-manekin yang ada di toko-toko fashion wanita. Belum lagi, yang kepengen putih, yang kepengen mancung, dan lain sebagainya. Fenomena yang terjadi di wanita-wanita yang ada di Korea misalnya, menjadi contoh bahwa Cantik itu Idaman.

Menjadi lumrah memang, punya hasrat untuk terlihat lebih baik, apalagi alasannya demi menyenangkan pasangan (bukan pasangan orang lain yah,, catet). Tapi, kalau harus merubah apa yang sudah Tuhan percayakan ada melekat pada diri kita, itu sudah salah.

Bukankah Cantik itu relatif? Jelek baru mutlak (heheheeee). Setiap orang, pria khususnya, punya pandangan tersendiri soal tipe-tipe wanita cantik. Jadi kita wanita, kenapa banyak yang susah hati yah menerima keadaannya. Tuhan tidak pernah salah lah menempatkan sesuatu di dirimu. Pasti itu sudah yang terbaik. Jaga dan rawat sewajarnya saja lah.

DI akun sosmed saya, facebook, banyak sekali sliwar-sliwir iklan cream pemutih kulit. Saya selalu mendapati, ada saja yang tertarik untuk mencobanya. Kok bisa yah, percaya segampang itu. Apalagi bukti yang disodorkan hanya berupa Foto perempuan Before (sebelum memakai cream) dan yang after (sesudah memakai cream). Apa gak curiga gitu ya, jangan-jangan yang dipakai perempuan di foto itu bukannya cream pemutih tersebut tapi Photoshop atau camera 363. Nah loh? Kalau masalah testimoni dari yang katanya pembeli sebelumnya, itu semua bisa direkayasa sobat-sobat perempuanku.

Mencoba menuangkan obsesi berlebih wanita terhadap kata "cantik" yang bak dewa itu di sini, bukan maksud hati untuk mem-brainwash perempuan supaya tidak membeli produk pemutih itu sehingga berpotensi mematikan usaha mereka yang menawarkan produk-produk pemutih ini. Saya hanya menghimbau, untuk tidak terlalu gampang percaya akan hal-hal seperti itu. Yang alami jauh lebih baik, apalagi dengan belajar mensyukuri hitamnya kulitmu, atau putihnya kulitmu, itu yang paling baik.

Mending uangnya diivestasikan untuk membeli buku atau hal yang lebih multifungsi toh. Daripada untuk haal yang sifatnya sementara begitu. Toh kalau sudah 40 tahunan, bakalan keriput juga. Mau intens perawatan anti aging juga, yang namanya keriput di usia lansia itu mutlak.

Mensyukuri apapun keadaan kita, membuat kita lebih menikmati hidup.

Ragards

Neiy Foenale




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline