Lihat ke Halaman Asli

Benarkah Rakyat Indonesia Memiliki Literasi yang Rendah?

Diperbarui: 13 Desember 2024   11:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Di era digital yang serba cepat ini, isu mengenai rendahnya minat literasi masyarakat Indonesia sering menjadi topik yang sering dibahas di media sosial. Beberapa pihak menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki kemampuan literasi yang rendah dan kurang memadai. Namun, hal ini dibarengi dengan kecenderungan emosional masyarakat Indonesia dalam merespons berbagai informasi tersebut, sehingga kerap terjadi kesalahpahaman, terutama dalam penyebaran informasi yang kurang jelas kebenarannya.

Pernyataan dari beberapa pihak inilah yang memperjelas Masyarakat Indonesia kurang tanggap dalam menerima sebuah informasi. Karena sejatinya, Literasi bukan hanya mengenai kemampuan seseorang dalam hal membaca. Literasi mencakup kompetensi seseorang dalam memproses, menganalisis, dan memahami informasi dengan benar. Literasi yang baik membantu seseorang memilah informasi yang valid, logis, dan relevan, sehingga mampu berargumen dengan dasar yang kuat.

Ketika seseorang memiliki minat literasi yang rendah, maka kemampuan berlogika dan bernalar cenderung terpengaruh. Maka dari itu, memperbanyak aktivitas membaca adalah salah satu jalan paling mudah untuk meningkatkan minat literasi dalam diri seseorang yang sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan literasi. Dengan membaca, otak dapat terlatih dalam berpikir secara sistematis dan memperluas wawasan.

Dari sekian pernyataan yang diuraikan, muncul beberapa pertanyaan mengenai fakta lapangan tentang minat baca untuk melatih literasi di Indonesia. Apakah benar jika rakyat Indonesia memiliki minat baca yang rendah? Ataukah rendahnya minat baca ini lebih disebabkan oleh keterbatasan akses terhadap bahan bacaan?

Pada kenyataannya, minat literasi masyarakat Indonesia tidak serendah yang sering diberitakan. Contoh nyata terlihat saat Gramedia mengadakan acara seperti Pesta Literasi Indonesia 2024: Samudra Imajinasi, di mana ketertarikan masyarakat sangat tinggi hingga antrian pengunjung memadati area parkiran. Hal serupa terjadi di taman-taman baca yang didirikan di pedesaan atau wilayah terpencil.

Pengalaman pribadi saya saat turut mengelola sebuah taman baca di desa memberikan perspektif yang sama. Setiap sore, taman baca tersebut selalu dipenuhi anak-anak TK, SD, SMP, hingga SMA. Bahkan, sesekali masyarakat yang bukan merupakan pelajar juga turut memanfaatkan koleksi buku yang tersedia. Kebanyakan dari pengunjung yang datang ke taman baca ini memiliki alasan karena keterbatasan ekonomi membuat mereka tidak mampu membeli buku sendiri.

Fakta ini semakin memperjelas bahwa permasalahan utama bukan terletak pada rendahnya minat literasi, melainkan pada akses terhadap bahan bacaan yang masih menjadi kendala bagi banyak masyarakat. Buku-buku, terutama di wilayah terpencil, sering kali sulit didapatkan atau harganya tidak terjangkau. Harga dari buku-buku tersebut termasuk dalam kategori mahal jika dibandingkan dengan pendapatan warga setempat. Selain itu, upaya menyediakan akses yang lebih luas terhadap bahan bacaan akan sangat membantu mengembangkan budaya literasi di Indonesia.

Meningkatkan literasi bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab kita sebagai Warga Indonesia. Dengan menyediakan fasilitas membaca yang memadai, seperti taman baca, perpustakaan keliling, atau bahkan akses digital, kita dapat mendorong masyarakat untuk lebih aktif membaca. Dengan literasi yang baik, masyarakat akan lebih mampu berpikir kritis, bernalar, dan membuat keputusan yang tepat saat menerima informasi, sehingga mereka dapat menyaring mana informasi yang akurat dan dapat dipercaya.

Literasi adalah kunci untuk masa depan yang lebih cerah. Maka dari itu, mari kita terus mendukung dan berpartisipasi dalam setiap inisiatif yang dapat meningkatkan budaya literasi di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline