Lihat ke Halaman Asli

Pilih Jokowi: Beli 1 Gratis 1

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="333" caption="Beli Satu Gratis Satu"][/caption] Pilih Jokowi:  Beli Satu, Gratis Satu plus Bonus Melimpah(syarat & ketentuan berlaku)

Betul, ini bukan hoax atau promisi tipu-tipu. Kalau Anda pilih Jokowi tgl 20 September nanti, maka anda akan mendapatkan bonus gratis berupa gubernur kedua Basuki Tjahaja Purnama atau yg akrab dianggil Ahok. Kenapa saya berani bilang "gubernur kedua"? Karena dari segi kemampuan dan kinerja, Ahok boleh dibilang setara dgn Jokowi.

Prestasi dan kinerja Ahok ketika menjadi Bupati Belitung Timur, walaupun tak sampai 2 tahun, tapi sangat fenomenal. Sudah banyak cerita soal ini, kalau saya beberkan disini malah seperti menyajikan nasi goreng super enak tapi sudah basi. Googling saja dgn kata kunci "Ahok" maka menghasilkan jutaan laman.

Karakternya juga sudah teruji dan integritasnya tak perlu diragukan lagi. Pedoman hidupnya "Bersih, Transparan dan Profesional" sesuai initialnya, BTP. Kenapa saya bilang pedoman hidup, bukan motto atau slogan? Karena ini sudah dilakukannya selama menjadi pejabat publik. Terakhir ketika masih menjadi anggota DPR, dia mungkin satu²nya yg merilis secara rinci laporan keuangannya sebagai anggota dewan di situs internetnya. Demikian pula seluruh kegiatannya kalau perjalanan dinas keluar negeri atau mengunjungi daerah pemilihannya.

Kenapa Jokowi memilih Ahok sebagai wakilnya? Kita semua mafhum, menjatuhkan pilihan kepada Ahok berisiko sangat tinggi. Bukan karena kinerja atau reputasinya yg kurang baik, sama sekali bukan. Kalau soal ini, Ahok bisa dibilang lulus dgn cum-laude. Serentetan penghargaan prestisius jadi bukti tak terbantahkan. Tapi lebih karena sentimen etnis dan agama. Ahok seorang Tionghua dan Kristen, minoritas ganda di negara kita, termasuk di Jakarta. Pasti akan ada resistensi pada sebagian golongan yg menolak pluralisme.

Jokowi bukan tidak menyadarinya, tapi dia jalan terus. Di salah satu stasiun TV ketika ditanya hal ini, dia menjawab bahwa dia pilih wakil bukan dgn pertimbangan supaya menangnya gampang, tapi bagaimana nanti bisa bekerja (sama) ketika sudah jadi gubernur. Padahal saat itu (konon kabarnya) kepada Jokowi sdh ditawarkan bbrp nama lain yg diperkirakan akan lebih memuluskan jalan kemenangan ketimbang Ahok yg potensial jadi sasaran tembak lawan²nya (dan ternyata memang betul).

Lihatlah bagaimana Jokowi memilih jalan terjal dan mendaki ketimbang jalan mulus dan halus. Yang dia idamkan adalah membawa DKI ke puncak gunung prestasi, bukan ke panti pijat di Gunung Sahari. Dan diyakininya itu hanya bisa dicapai tandem bersama Ahok, bukan yang lain. Pilihan pemberani, bukan pilihan pragmatis tanpa nurani.

Tapi apakah nanti dia bisa bekerja sama dgn Ahok? Apakah tidak potensial terjadi matahari kembar? Apakah nanti tidak saling menohok? Saya rasa semua jawabannya "tidak!" Dlm berbagai kesempatan, Jokowi sudah mengatakan tentang ini, tdk akan ada dualisme pimpinan atau berebut kuasa antara dia dan Ahok. Justru dua kekuatan ini akan bersinergi, berfusi menjadi sumber tenaga yg luar biasa besar untuk mengubah Jakarta dari salah satu kota yg paling dibenci wisatawan manca, menjadi The Spirit of Betawi yg akan dikagumi.

Kesetiaan kepada pasangan dan keluwesan untuk bekerja sama sudah ditunjukkan oleh Jokowi di Solo. Dgn wakilnya FXHadi Rudyatmo dia membangun Solo sampai menjadi seperti sekarang ini. Tanpa ada friksi atau gontok²an di antara keduanya. Bahkan pada pencalonan untuk masa jabatan kedua, dia memilih mempertahankan pasangan yg sama. Fenomena yg sangat langka di Indonesia. Biasanya mesra di awal, lalu hambar di tengah, akhirnya pecah kongsi di ujung masa jabatan.

Jadi kalau nanti Jokowi terpilih jadi Gubernur DKI, maka rakyat Jakarta akan dapat gubernur kedua, Ahok, secara gratis. Masih belum selesai, selain itu seluruh rakyat Indonesia akan dapat bonus melimpah. Seperti sering dikatakan Ahok di berbagai kesempatan, kalau Jokowi & dirinya terpilih, maka mau tak mau peta perpolitikan nasional dan daerah lain akan berubah paradigmanya.

Seluruh rakyat Indonesia akan menuntut kepala daerah yg modelnya mirip dgn pasangan Jokowi-Ahok. Mereka akan menolak pasangan abal² yg penuh intrik politik dan pertimbangan pragmatis "wani piro". Terpaksa parpol² akan menggali potensi² pemimpin yg mumpuni, atau mereka akan ditinggalkan oleh konstituennya. Nah nanti pemilihan presiden pun akan menampilkan sosok² hebat, bukan cuma org yg berduit tanpa nomer serie atau tokoh partai yg sudah gaek.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline