Debat Pilpres ke-4 telah usai. Salah satu tema debat yang pertemukan antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto tersebut adalah terkait ideologi. Banyak pihak yang mengatakan bahwa Prabowo akan mengusung ideologi khilafah di Indonesia. Tentu saja eks Danjen Kopassus tersebut membantahnya.
Akan tetapi pada faktanya, banyak pendukung dari pihak oposisi yang menginginkan tegaknya khilafah di negeri ini. Kita tengok saja contohnya saat Prabowo melakukan safari politik di Cinajur beberapa waktu yang lalu. Saat itu ia bersafari menggunakan mobil hasil pinjaman dari eks donatur ISIS Chep Hernawan. Belum lagi ada kibaran bendera tauhid yang erat hubungannya dengan oraganisasi terlarang HTI saat Prabowo melakukan kampanye terbuka di Manado. Bahkan yang terbaru, ada pendukung Prabowo yang menggunakan kain kafan saat kampanye 02 di Padang.
Contoh-contoh tersebut mampu mengindikasikan benih-benih pembentukan negara khilafah di Indonesia mulai bermunculan. Harus berhati-hati, karena ideologi khilafah seperti itu dapat memantik radikalisme.
Kita harus tegaskan pada sebagian oknum pendukung 02 tersebut bahwa negera khilafah tak kan mungkin tegak di Indonesia.
Anggota Dewan Pakar Partai NasDem Teuku Taufiqulhadi mengatakan apabila masih ada pihak yang ingin menerapkan khilafah di Indonesia, maka sama saja dengan mengkhianati pendiri bangsa Indonesia yang telah menyepakati Pancasila, termasuk di dalamnya para ulama besar seperti KH Agus Salim, KH Wahid Hasyim, dan ulama-ulama pahlawan nasional lainnya.
Setali tiga uang, cawapres 01 KH Ma'ruf Amin menegaskan ideologi khilafah tidak akan laku di Indonesia karena masyarakat Indonesia telah memiliki kesepakatan bersama soal bentuk negara, yakni Pancasila dan UUD 45. Bentuk negara kita juga republik, oleh sebab itu MUI, NU, Muhammadiyah semuanya menolak khilafah.
Mari kita mengibaratkan negara ini sebagai suatu perusahaan. Apabila sejak awal berdiri perusahaan itu memiliki konsep yang bergerak di bidang properti, maka ia tidak akan berubah konsep menjadi perusahaan investasi. Ketika konsep tersebut berubah, maka berubah pula nama perusahaan beserta manajemen yang berada di dalamnya. Begitu juga dengan Indonesia. Apabila Indonesia berubah bentuk menjadi khilafah, maka Indonesia tidak akan lagi ada di Bumi ini. Ironis, persis seperti ucapan Prabowo akan Indonesia punah.
Itulah mengapa khilafah tidak bisa menjadi dasar ideologi bangsa Indonesia, karena kesepakatan awal pendiri bangsa ini adalah Pancasila. Apabila berubah oleh generasi penerusnya, maka hanya akan mengkhianati kesepakatan dan cita-cita mulia pendiri bangsa Indonesia yang berasaskan Pancasila.
Sumber:
1. Tirto [Prabowo, Isu Khilafah, dan Sejarah Gerakan Islam Politik Indonesia]