Lihat ke Halaman Asli

Negara KITA

Keterangan

Jokowi Seriusi Energi Ramah Lingkungan

Diperbarui: 31 Januari 2019   18:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertemuan Pertamina dan Eni [Foto: Dok. Pertamina]

Kelapa sawit adalah komoditas andalan Indonesia. Betapa tidak, Indonesia adalah negara pengekspor minyak kelapa sawit atau CPO terbesar di dunia.  Kelapa sawit pun memiliki banyak manfaatnya. Mulai dari bahan dasar makanan, kosmetik, hingga bio-fuel.

Terkait bio-fuel atau bahan bakar ramah lingkungan, apabila dapat kita manfaatkan secara utuh tentu saja menjadi sumber energi alternatif pengganti minyak Bumi yang selama ini kita impor. Mari kita semua bayangkan, potensi yang sangat besar untuk energi yang terbarukan serta lebih ramah lingkungan datang dari salah satu komoditas utama kita.

Hal itulah yang menjadi perhatian pemerintah kita. Rabu, 30 Januari 2019, PT Pertamina (Persero) memperkuat kerjasama dengan perusahaan migas asal Italia, Ente Nazionale Idrocarburi (Eni) SpA. Kerjasama tersebut dalam rangka pengembangan kilang bahan bakar yang lebih ramah lingkungan di Indonesia. Pertamina dan Eni telah menandatangani 3 kesepakatan dalam pengembangan green refinery, yaitu:

1. Head of Joint Venture Agreement untuk pengembangan green refinery di Indonesia.

2. Term sheet CPO processing di Italia

3. Nota kesepahaman atau MoU mengenai circular economy, low carbon products, dan energi terbarukan.

Didampingi Menteri ESDM Ignasius Jonan, perjanjian tersebut ditandatangani oleh Dirut Pertamina Nicke Widyawati dan CEO Eni, Claudio Descalzi.

Direktur Pengolahan Pertamina Budi Santoso Syarif mengatakan bahwa kerjasama ini akan mengoptimalkan potensi sumber daya terbarukan Indonesia dalam rangka mengurangi impor minyak mentah. Karena Indonesia memiliki potensi yang besar lewat sumber green energy kita yang melimpah.

Lantas, mengapa Indonesia bekerjasama dengan Eni? Karena Eni adalah salah satu perusahaan yang berpengalaman dan teruji sejak 2014 untuk menghasilkan HVO (Hydrotreated Vegetable Oil) yang biasa digunakan sebagai campuran bahan bakar diesel atau solar.

Nantinya diskusi dengan Eni bertujuan agar green refinery dapat dibangun di Indonesia. Supaya Indonesia mampu memproduksi HVO sendiri. Sebelumnya, sejak Desember 2018, Pertamina telah melakukan uji coba di kilang Plaju, Sumatera Selatan untuk menghasilkan olahan CPO. Kilang ini memanfaatkan 7,5% CPO untuk menghasilkan green fuel, green LPG, dan green avtur.

Inilah yang menjadi dasar dari Indonesia terus menggandeng perusahaaan migas dunia yang memiliki pengalaman dalam pengembangan BBM ramah lingkungan. Tujuan akhirnya tentu saja adalah kita mampu memproses 100% CPO menjadi green diesel ataupun green avtur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline