Bukan rakyat yang mendatangi presiden, tapi presidenlah yang mendatangi rakyat. Entah itu dalam rangka silaturahmi atau kunjungan kerja, seorang pemimpin yang baik dan disayangai rakyat harus mengetahui kondisi rakyatnya secara langsung. Menurut salah satu artikel di Forbes, pemimpin yang baik haruslah memberi perhatian pada bawahannya, selalu menjalin hubungan dan komunikasi. Sikap itulah yang selama ini lekat di kesan seorang Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia.
Sikap pemimpin yang baik itu salah satunya tercermin saat ia melakukan kunjungan kerja ke Yogyakarta. Di Yogyakarta, Jokowi menghadiri acara Milad 1 Abad Muallimin-Muallimat Muhammadiyah yang digelar di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Sebagai info, Madrasah Muhammadiyah merayakan ulang tahunnya ke 100 tahun sejak didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 1918 dan merupakan Madrasah tertua di Indonesia. Presiden Jokowi hadir didampingi Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X, Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, dan tokoh Muhammadiyah Buya Syafii Maarif.
Ada yang menarik dari perlehatan tersebut. Selain Presiden bertemu dan berfoto bersama dengan santri Madrasah, Pak Jokowi dihampiri seorang nenek yang memeluknya sambil membisikkan semoga Bapak panjang umur, sehat, dan menjadi kebaikan bagi banyak orang. Ternyata nenek tersebut adalah Elyda Djazman, mantan Ketua Umum Pengurus Pusat sayap organisasi Muhammadiyah, Aisyiyah. Selama memipin PP Aisyiyah tahun 1985 -- 2000, beliau kritis dan peka terhadap persoalan sosial, politik, dan kemanusiaan.
Kehadiran Jokowi yang disambut hangat menunjukkan betapa berkharismanya seorang Jokowi di kalangan Muhammadiyah. Ini adalah contoh pemimpin yang baik, menyayangi dan disayangi rakyat.
Kehadiran Jokowi di acara Muhammadiyah tersebut juga semakin mempertegas sikap Muhammadiyah untuk tetap mempersilahkan kadernya menentukan pilihan sendiri dalam Pilpres 2019 nanti. Hal ini berkaitan pernyataan Amien Rais beberapa waktu yang lalu.
Amien Rais mengatakan akan 'menjewer' Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir jika PP Muhammadiyah tidak punya satu sikap secara organisasi dalam memilih Paslon tertentu. Haedar Nashir memberi respon dengan konsisten pada tujuan dasar (khitah) Muhammadiyah yaitu menjaga jarak dengan politik praktis.
Sumber:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H