Hasil Penelitian Unggulan Fakultas (PUF ) berjudul SMART BRACELET PROTOTYPE FOR WORK FATIGUE DETECTION telah mencapai tahap penyelesaian di bulan Oktober 2022 berupa produk prototype deteksi kelelahan kerja yang dapat dipergunakan saat aktivitas Fit Tes di perusahaan. Prototype tersebut merupakan hasil kolaborasi Tim Peneliti Dosen dan Mahasiswa Prodi. D-IV Keselamatan dan Kesehatan kerja Fakultas Vokasi Universitas Airlangga yang diketuai Dr. Neffrety Nilamsari,S.Sos.,M.Kes dengan anggota tim Indah Lutfia,S.KM.,M.Kes, Ardana Ardianto, Theresia Icha Octavianes If Cahyaningtyas dan Liza Faitho Khafsoh.
Kelelahan merupakan kondisi yang menunjukkan keadaan tubuh baik fisik maupun mental yang semuanya berakibat pada penurunan daya kerja serta ketahanan tubuh. Pada pekerja manufaktur yang terdapat aktifitas kerja repetitive atau monoton. Kelelahan kerja dapat terjadi sebagai akibat beban kerja melebihi kapasitas kerja dari seorang pekerja. Kelelahan kerja yang tidak dikendalikan dapatberakibat pada terjadinya penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja. Oleh karena itu diperlukan upaya preventif maupun pengendalian terhadap terjadinya kelelahan kerja.
Salah satu upaya preventif yang dapat dilakukan perusahaan untuk mencegah atau meminimalisir kelelahan kerja adalah dengan melakukan fit to work pada pekerja yang diperusahaan disebut dengan Daily Fit to Work. Program ini untuk memastikan semua pekerja yang datang dalam kondisi fit untuk bekerja, sehat, bugar dan tidak dalam kondisi sebaliknya misalkan sakit.
Fit to work juga dapat dilakukan di tengah waktu kerja untuk tujuan pengendalian kelelahan kerja. Berdasarkan uraian tentang pentingnya melakukan fit to work pada pekerja untuk tujuan preventif dan pengendalian kelelahan kerja, maka perancangan, pembuatan dan pengujian prototype untuk deteksi kelelahan kerja perlu dilakukan.
Untuk tujuan tersebut maka Tim Peneliti Prodi D-IV K-3 Fakultas Vokasi UNAIR telah berhasil membuat Amartya Smart Fatigue Detector dan telah melalui uji coba sensitifitas serta spesifisitas alat yang dibandingkan dengan gold standar Oximeter merek Onemed. Uji coba prototype telah dilakukan di PT Terminal Petikemas Surabaya dengan subjek uji coba sebanyak 270 orang responden yang bekerja sebagai Operator Head Truck (OHT).
Sensitivitas alat ukur adalah kemampuan dari alat ukur untuk mengidentifikasi secara benar siapa yang menderita penyakit diantara orang yang sakit. Dalam penelitian ini, sensitivitas dari alat ukur prototype AH dilihat dari kemampuan alat ukur prototype AH dalam mengidentifikasi secara benar pekerja yang tergolong mengalami kelelahan kerja. Pada alat ukur prototype AH diperoleh hasil bahwa sensitifitas sebesar 96,29%. Artinya, hasil status kelelahan kerja berdasarkan prototype AH dapat merepresentasikan 96,29% kasus kelelahan kerja secara benar berdasarkan baku keemasan. Penentuan false negative ini penting karena pekerja yang sebenarnya positif Lelah dikatakan normal/ fit bekerja. Hal ini dapat berdampak pada minimnya tindakan yang seharusnya dapat diberikan kepada pekerja untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Spesifisitas adalah kemampuan dari suatu alat ukur untuk mengidentifikasi secara benar orang yang tidak mempunyai penyakit diantara orang yang tidak sakit. Dalam penelitian ini, spesifisitas dari alat ukur prototype AH dilihat dari kemampuan alat ukur prototype AH dalam mengidentifikasi secara benar pekerja yang tergolong memiliki kondisi yang fit to work diantara pekerja yang dinyatakan fit to work menurut baku keemasan.
Pada alat ukur prototype AH diperoleh hasil bahwa spesifisitas sebesar 84,21%. Artinya, hasil status kondisi fit to work pada pekerja berdasarkan prototype AH dapat merepresentasikan 84,21% kondisi fit to work pada pekerja secara benar berdasarkan baku keemasan.
Penentuan false positive ini penting sebab apabila hasil pemeriksaan menunjukkan positif pekerja mengalami kelelahan kerja, maka akan berdampak pada pembengkakan biaya akibat pelayanan kesehatan yang diberikan pada seseorang yang tidak seharusnya memerlukan intervensi lanjutan. Terjadi pemborosan pengeluaran dana bagi perusahaan untuk diagnosis lanjutan dan pengobatan.