Frasa "ada" menyatakan suatu keadaan (situasi ada), berada (dalam ruang dan waktu) serta keberadaan (dalam ruang dan waktu pada kurun tertentu).
Klausa "tak ada" secara eksplisit dapat diartikan sebagai bentuk meniadakan, mentidakadakan dan menganggap tidak ada. Secara implisit digunakan untuk menyatakan pengingkaran, penolakan dan penyangkalan.
Kalimat negasi tersusun dengan klausa "tak ada" yang mengandung unsur penafian terhadap nilai kebenaran yang terkandung dalam pernyataan sebelumnya.
Diksi "tak ada" adalah bentuk aksi penyangkalan dan pengingkaran keberadaan. Ekpresi dari "tak ada" seharusnya mengadakan supaya ada. Deklarasi dari "tak ada" semestinya dapat menstimuli pilihan. Jika tak berimplikasi maka indikasi kenaifan yang bersahaja.
Suatu entitas dideteksi keberadaannya dengan isyarat dan indikasi, pun ketiadaannya dikenali dengan gejala. Isyarat, Indikasi dan Gejala merupakan fungsi logik dan parameter penalaran dalam wahana pengetahuan. Jika sebaliknya; gagal mengenali sinyal, tanda dan fakta, maka cenderung kearah Mudharat dan Mafsadat.
Wallahu 'a'lam
#NGz
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H