Lihat ke Halaman Asli

Nechin Rilus

Life is Simple

Aku dan Kehidupanku (Pengalaman Relasi Aku dengan Orang Lain)

Diperbarui: 31 Mei 2022   11:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Perjumpaan manusia modern sebagai "aku" dengan "aku" yang lain dipengaruhi oleh berbagai macam motif. "aku" yang fungsional, "aku" yang pragmatis dan "aku" yang materialis. 

Melihat dan mengalami fenomena kehidupan manusia di zaman modern ini yang cendrung individualistis, dan pragmatis, muncul pertanyaan dalam benakku apakah kita masih menemukan sebuah kehadiran dan relasi yang bermakna pada setiap perjumpaan? Setiap perjumpaan" aku" dengan "aku" yang lain masihkah bisa bercerita dalam suasana yang penuh canda tawa dan menyadari keberadaan "aku" yang lain sebagai subjek? 

Ini adalah tantangan bagaimana kita hidup dalam dunia digital yang membuat semua orang super sibuk dengan dirinya sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Tantangan inilah yang  menghantar saya untuk melihat dan menyelami sejenak ke"aku"anku dalam kehidupanku.

Manusia adalah makluk paradoks karena "aku" disatu sisi identik dengan tubuhku, tapi di lain sisi tidak identik. Dengan kata lain "aku" yang adalah pribadi, "aku" juga merupakan makluk sosial yang hidup dengan dengan pribadi -- pribadi lain diluar diriku.

Bagi Martin Heidegger, salah seorang filsuf asal Jerman, "aku" selalu terikat dunia keseharian. Pemahaman mengenai "aku" tidak terlepas dari relasiku dengan dunia. Ada keterikatan antara manusia dan dunia. Manusia tak mampu hidup seorang diri. Ia akan selalu berinteraksi dengan orang lain.

Relasi antara "aku" dengan yang lain adalah misteri. Apa maknanya relasi "aku" dengan yang lain atau sebaliknya,"aku" yang lain dengan "aku"? Pemaknaan atas relasi diriku dengan orang lain menurut Gabriel Marcel harus dicari dalam upaya perjumpaan dan partisipasi. "aku" dan orang lain adalah imbauan dan kesediaan satu bagi yang lain. 

Dengan maka pribadi yang lain dapat menjadi subjek atas dirinya dan ia mampu menjadi dirinya masing -- masing. Maka itu manusia itu unik. Ia berdiri atas dirinya sendiri dan tidak bisa disamakan. Perjumpaan ini bagi Marcel adalah perjumpaan pada taraf "Kita", sebuah relasi antar individu yang tidak menghilangkan keindividuannya dan mengakui subjektivitasnya.

Relasi "aku" -- "engkau" atas dasar cinta dan kesetiaan membentuk suatu relasi yang bermakna. Perjumpaan pada taraf ini adalah suatu kebersamaan yang membentuk "kita" Dalam relasi "kita" ada suatu pengikat yakni "Kepercayaan dan cinta kasih". Di sini suatu relasi dilandasi cinta kasih. Cinta kasih dapat diwujudkan dalam relasi dengan orang lain di sekitar kita. Bagi Marcel, "ada adalah mencinta", orang yang dicintai tidak bisa mati karena cinta kasih tak berkesudahan.

Relasi antar setiap pribadi adalah relasi yang sangat bermakna. Dalam relasi itu ada harapan untuk saling membuka diri dan memberi tempat bagi yang lain menjadi bagian dari diriku. Harapan yang dimiliki oleh setiap individu membangkitkan semangat hidup dan mempererat hubungan antar pribadi. Harapan dan cinta kasih meneguhkan kesetian kepada orang lain termasuk Tuhan.

           




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline