Lihat ke Halaman Asli

Kebesaran Jiwa

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Semuanya tetap berjalan, seperti seharusnya, bukan seperti yang kita rencanakan. Ada beberapa celah, baik itu lubang lubang besar maupun kecil dalam struktur besar perencanaan kita. Baik yang kita sadari sebagai suatu kelalaian kita dalam pelaksanaan, maupun yang jelas jelas merupakan keterbatasan kita dalam mempersiapkan rancangan. Banyak hal yang luput dari penglihatan kita. Semua itu karena ke-manusiaan- kita.

Meski demikian, masih banyak hal yang amat perlu disyukuri. Masih terlalu sering “tangan Tuhan” bermain dalam rencana kita, menyelamatkan hal hal fundamental yang secara matematis sudah salah kaprah.Terkadang kita tidak sadar, bahwa sebenarnya Tuhan menuntun kita untuk menggambar garis kehidupan yang lebih fleksibel namun jauh lebih luar biasa. Contoh mudahnya, bagaimana kegagalan seorang Thomas Alva Edison hingga percobaan ke 999 nya, malah membuatnya terkenal bukan saja karena keberhasilannya menemukan lampu pijar, namun kegigihannya membuat apa yang dia lakukan jauh lebih bermakna. Dan konkritnya di kehidupan kita, mungkin saja kegagalan kita lolos dari satu maddah membuat kita menemukan sebuah teori besar dalam pelajaran tersebut, atau minimal memahaminya lebih jelas dari orang yang bahkan mendapatkan nilai mumtaz. Kita tidak pernah tahu masa depan.

Seringkali kita terlalu fokus pada kegagalan, dalam artian kita tidak benar benar menginginkan keberhasilan. Alih alih membuat perencanaan dan strategi baru untuk berhasil, kebanyakan dari kita justru hanya bertahan dengan cara lama kita untuk gagal. Ditambah dengan meratapinya dan mencari alasan kegagalan itu dari luar outropeksi, bukankah sebenarnya alasan keberhasilan atau kegagalan itu selalu dari dalam diri sendiri.

Seorang guru saya selalu mengatakan ini;

Success always comes from within

Ya, kesuksesan selalu datang dari dalam diri kita sendiri. Kesuksesan hanyalah pengejewantahan dari nilai nilai baik yang ada dalam diri kita. Mungkin berupa keyakinan tinggi pada seseorang. Bisa juga berupa kegigihan pada diri seorang yang lain. Atau berupa kerja keras, pola pikir, cara bekerja, kecermatan, dan masih banyak lagi. Semua itu adalah hal hal yang setidaknya menjadi sebuah potensi untuk keberhasilan, kalau tidak bisa dibilang menjamin kesuksesan. Pertanyaannya adalah, apa saja dari hal-hal diatas yang benar benar menjadi karakter dari diri kita?

Bahkan sebenarnya ada hal yang lebih penting dari hasil. Karena keberhasilan itu relatif. Selama ini patokan yang ada adalah paten-paten yang dibuat oleh manusia yang juga penuh celah disana-sini. Ini yang membuat orang orang terkadang mengajukan protes jika hasil tidak sesuai dengan rencana. Karena ia merasa ada yang tidak berjalan seperti seharusnya, bisa jadi perkiraannya yang meleset atau pakem pakem manusianya yang tidak bisa memfasilitasi semua keinginannya.

Bagaimanapun, kita punya tujuan yang lebih besar dari pada sebuah keberhasilan. Dalam Al Qur’an, Allah Swt berfirman bahwa semua itu adalah liyabluwakum ayyukum ahsanu amalan. Mana yang lebih baik usahanya dimata Nya.

Seperti kata Andrea Hirata;

Kemenangan terbesar kita, medali emas kita, adalah kebesaran jiwa kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline