Lihat ke Halaman Asli

Benar dan Jujur

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

apakah anda setuju jika setiap orang akan membutuhkan kebenaran dan kejujuran atas suatu informasi?? Saya rasa kebanyakan dari kita akan bilang setuju. Tapi, kenapa di negeri ini kalau diperhatikan sangatlah sulit untuk menegakkan dan mengatakan hal yang benar dan jujur. Padahal kalau bisa diambil esensi dan benefitnya maka akan tercipta kedamaian dan ketertiban (salah 2 dari sekian manfaat).

Contoh kasarnya saja, jika seseorang yang sedang dirampok dan ditodong pistol tidak berkata jujur dalam menyimpan hartanya, maka si korban kemungkinan besar akan di "dor". Lain halnya jika si korban mau bekerjasama dengan perampok untuk berkata jujur dimana ia menyimpan hartanya, maka kemungkinan kecil ia akan di lukai karena pada dasarnya para perampok itu masih memiliki hati nurani untuk tidak melukai orang, kecuali keadaan terpaksa.

Itu baru contoh sederhana saja. Pada realita yang sama-sama kita perhatikan terutama pada orang yang dituduh berbuat korupsi, penyelewengan, dkk. ataupun istilahnya, tidak sedikit yang berkilah untuk menghindari tuduhan tersebut. Mereka semua banyak berbohong, saling tuduh, saling mengaitkan diri 1 dengan yang lain agar bisa menyeret koloninya bersama.

Padahal para rakyat penonton ingin mendapatkan informasi yang jelas, informasi yang bisa dipercaya yang berguna untuk evaluasi dan pembenahan sistem poleksosbud yang berkembang diantara kita semua. Dan orang-orang yang memiliki sangkutpaut dengan perkara itu sangat diharapkan kejujurannya, kecuali mereka memilih untuk di 'keroyok' massa. Para aparat penegak juga harus bersikap netral, jujur, objektif terhadap kasus yang ditangani. Karena perubahan amat dinanti oleh hampir seluruh masyarakat.

lebih baik jujur dan mengakui sekarang daripada menunggu sampai hari akhir. Banyak akibat yang akan terjadi baik sekarang maupun nanti. Misalnya, ketika kebohongan ada dimana-mana,ketidakteraturan menjadi biasa, maka suatu saat akan terjadi revolusi, sesuatu gerakan perubahan dari suatu kelompok yang akan terjadi dan tidak akan 'selembut' apa yang kini terjadi seperti demo kecil ataupun seperti tahun 1998. Itu hanya di dunia, belum di hari akhir nanti..

Oleh karena itu, marilah memulai segala sesuatu dengan jujur, tidak perlu menutupi dengan kebohongan. karena suatu kebohongan akan ditutup dengan kebohongan lain, dan seterusnya. Dan untuk mengobati kebohongan itu hanyalah dengan pengakuan kejujuran. percayalah bahwa kalau kita jujur, maka akan terasa lega di hati..Dan apa yang kita lakukan sekarang, harus kita pertanggung jawabkan. pilih nanti ataupun nanti setelah hari akhir..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline