“Hidup dalam industri itu bergantung pada kualitas,” kata Pandji Pragiwaksono dalam peluncuran buku terbarunya, Merdeka dalam Bercanda. Bertempat di kantor Multiply Indonesia di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan, Pandji meluncurkan buku keduanya yang ia terbitkan bersama Bentang Pustaka setelah buku Nasional.Is.Me. Jika buku sebelumnya berisi kecintaannya terhadap Indonesia, di buku keduanya ini ia menulis tentang kecintaannya pada stand-up comedy.
[caption id="attachment_179034" align="aligncenter" width="346" caption="Pandji Pragiwaksono "][/caption]
Semua berawal saat Pandji menggelar Twivate Concert (April 2010), sebuah pertunjukkan bulanan yang mengombinasikan performa musik dan stand-up comedy. Pada 2011, Pandji diminta memandu acara pencarian bakat (kompetisi) Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV. Sejak pertengahan 2011 inilah, stand-up comedy menjadi semakin dikenal dan disukai banyak orang, terutama kaum muda.
Pandji menutup tahun 2011 dengan menggelar pertunjukkan stand-up comedy spesial pertama di Indonesia yang diberi tajuk “Bhinneka Tunggal Tawa.” Dua kali pertunjukkan di hari yang sama, dua kali Pandji stand-up comedy sepanjang satu jam, dan tiket pun habis terjual. Catatan perjalanan membangkitkan stand-up comedy inilah yang ia rangkum dalam buku Merdeka dalam Bercanda.
“Di dalam buku ini, selain ada runutan kejadian sejak Stand Up Nite pertama di Comedy Café pada 13 Juli 2011, juga ada sedikit ilmu yang saya bagi untuk mereka yang antusias dan ingin belajar stand-up comedy,” ujar penulis yang juga seorang musisi ini.
Terbitnya buku ini adalah upaya untuk meningkatkan kualitas stand-up comedy di Indonesia. Meski perkembangannya saat ini dinilai begitu pesat, tapi tidak sedikit yang memandangnya sebelah mata sebagai tren sesaat. Inilah yang mesti terus dijaga: kualitas. “Persaingan itu soal kualitas. Jadi, kita mesti terus mengasah diri,” kata Pandji terkait pertumbuhan comic (sebutan untuk stand-up comedian) belakangan ini.
Stand-up comedy memang konsep hiburan Barat, bukan asli Indonesia. Meski begitu, Pandji merasa yakin ia dan siapa saja yang sedang berjuang membangkitkan seni panggung ini akan bertahan lama. Menurutnya, ini bukan soal bentuk, tapi soal konten. Apa pun dan dari mana pun jenis hiburan akan mudah diterima masyarakat jika kontennya sesuai dengan keadaan masyarakatnya.
[caption id="attachment_179038" align="aligncenter" width="512" caption=""Merdeka dalam Bercanda Comedy Tour""]
[/caption]
"Yang perlu dilakukan untuk maju adalah berani ambil risiko. Ini yang saya dan beberapa teman saya lakukan. Semoga buku ini dapat memicu siapa saja untuk berani mencoba berkarya. Susah, tapi pasti bisa,” ujar bapak dua anak ini menutup peluncuran bukunya.
Seiring dengan terbitnya buku ini, Pandji juga akan menggelar “Merdeka dalam Bercanda Comedy Tour” ke 12 kota besar di Indonesia, yaitu Padang (5 Mei 2012), Bali (11 Mei 2012), Semarang (9 Juni 2012), Samarinda (15 Juni 2012), Balikpapan (16 Juni 2012), Medan (7 Juli 2012), Surabaya (14 Juli 2012), dan dilanjutkan di Bogor, Bandung, Yogyakarta, Pekanbaru, Jakarta, setelah bulan Ramadhan
[@ndigun/dok.pribadi]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H