Lihat ke Halaman Asli

Cerita Punya Cerita

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya selalu suka bertemu dengan orang-orang baru yang gemar bercerita. Mereka lebih menyenangkan dari televisi—pengembang drama. Mungkin saya menemukan drama dalam cerita orang-orang itu. Drama realita, potongan adegan dalam bentangan semesta, tanpa gincu. Bahkan saat gincu memerah-marahkan bibir-bibir para pencerita, saya masih bisa menikmatinya. Sungguh canggih koneksi tak berarti apa-apa ketimbang komunikasi tatap-muka.

Saya selalu suka bertemu dengan orang-orang baru yang gemar bercerita. Mimik-mimik yang tercipta. Gerak-gerak yang menjaga biar muka tetap punya citra. Terkembanglah iba: saat bunyi cerita mulai parau tetapi muka lebih mirip sakau; saat gerak tangan mulai menari dalam datar muka yang merindu belas-kasih. O, sunguh ini menyenangkan sekali.

Saya selalu suka bertemu dengan orang-orang baru yang gemar bercerita. Mereka membuatku tak menyesali gagal menonton opera ibukota paling ramai. Riuh vokal-konsonan yang melagu memang tak semerdu dongeng-bual sebelum tidur. Tetapi, lengking duka senyaring lantang spanduk di pinggir-pinggir jalan ialah irama syahdu. Irama pengingat, bahwa saya menjejak dalam hunian milik semua kaki; bahwa cerita saya kadang tak lebih baik dari mereka; bahwa cerita saya bukan terburuk yang pernah tercipta.

[Depok, Juni 2011]

*ilustrasi diunduh di sini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline