Lihat ke Halaman Asli

Yang Muda yang Peduli

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dewi Motik mengajak mahasiswa untuk melestarikan alam

Ketua Aliansi Perempuan Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (Indonesian Women's Alliance for Sustainable Development) Dr. Sri Puspa Dewi Motik Pramono mengajak generasi muda Indonesia untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Menurutnya, jika kita tidak peduli terhadap lingkungan dari sekarang, maka tidak tertutup kemungkinan suatu saat Indonesia hanya tinggal sejarah saja karena alamnya semakin rusak dan akhirnya hilang tenggelam. Hal ini disampaikan di hadapan ratusan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (FISIP UHAMKA) dalam diskusi peduli lingkungan di kawasan Kali Pesanggrahan, Jakarta Selatan, 20 Juni 2009.

Sebelum diskusi berlangsung, sekitar para mahasiswa melakukan aksi penanaman pohon di sekitar bantaran kali. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian acara memperingati sebelas tahun FISIP UHAMKA dengan tema "Yang Muda yang Peduli". Ini adalah kali kedua FISIP UHAMKA melakukan penanaman pohon di Kali Pesanggrahan setelah melakukan kegiatan yang sama tahun sebelumnya saat memperingati tahun kesepuluhnya. Dekan FISIP UHAMKA Dr. Sri Mustika, Msi. memang sengaja mengadakan kegiatan yang berkelanjutan. Ia mengimbau agar pelestarian lingkungan harus dilakukan secara berkelanjutan, tidak hanya sepotong-sepotong atau jalan di tempat. Hal ini guna mengajarkan tanggung jawab sosial terhadap lingkungan kepada para mahasiswanya. Sambil menanam pohon kami juga memantau pertumbuhan pohon-pohon yang telah kami tanam sebelumnya. Selain penanaman pohon, kami juga menabur bibit ikan ke dalam kali untuk menambah teman hidup ekosistem di dalamnya.

Sebelum kegiatan berlangsunng, saya selaku Ketua Bidang Hubungan Masyarakat dan Diplomatik BEM FISIP UHAMKA saat itu diminta oleh pihak dekanat mengajak para mahasiswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Ternyata itu bukan hal yang mudah. Saya perlu kerja keras membujuk teman-teman mahasiswa agar mau berperan dalam pelestarian lingkungan. Kalau bukan kita -generasi muda-, siapa lagi yang akan melestarikan lingkungan? Toh, nantinya kita juga yang akan merasakan dampak baik dari lingkungan yang baik di masa mendatang. Alhamdulillah, dalam waktu seminggu saya berhasil mengajak sekitar 120 orang untuk mengikuti kegiatan ini.

Aksi tanam pohon oleh mahasiswa

Saya meyakinkan teman-teman mahasiswa bahwa pemeliharaan lingkungan bukan hanya tugas pemerintah atau kelompok tertentu saja. Ini menjadi tanggung jawab semua lapisan masyarakat. Sebagai kaum berpendidikan sudah seharusnya mahasiswa memberikan contoh yang baik terhadap masyarakat agar masyarakat juga turut peduli terhadap lingkungannya. Kita bisa mulai dari hal terkecil. Membuang sampah pada tempatnya. Mudah dan berdampak besar bagi lingkungan. Sampah bisa menjadi momok jahat perusak lingkungan jika tidak diperlakukan dengan baik.

Dulunya, bantaran Kali Pesanggrahan dijadikan tempat pembuangan sampah dan limbah rumah tangga oleh warga pemukiman di sekitar kali. Sampah-sampah tersebut dari waktu ke waktu terus menumpuk dan menimbulkan bau tak sedap serta menjadi sarang bibit penyakit bagi warga sekitar. Khaerudin, seorang tokoh betawi, melihat tidak ada yang peduli terhadap tumpukan sampah tersebut sehingga ia merasa terpanggil untuk membersihkannya dan memelihara area bantaran kali. Bersama Kelompok Tani Sangga Buana, ia memelihara bantaran kali yang luasnya sekitar 120 hektar.

Mang Idin (Khaerudin) memandu mahasiswa berkeliling Pesanggrahan

Warga sekitar dapat memetik manfaat dari pemeliharan ala ini untuk mengurangi kemiskinan. Sudah banyak lahan di sekitar bantaran kali kini dijadikan lahan pertanian yang subur dengan tanaman palawija dan sayur-mayur serta buah-buahan. Usaha yang dilakukan Khaerudin membuatnya banyak menerima penghargaan baik dari pemerintah maupun lembaga peduli lingkungan internasional. Ia mengaku tidak membutuhkan penghargaan atau hadiah dari siapapun, yang ia inginkan adalah menyelamatkan alam. Ia tak pernah bosan mengajarkan orang-orang bersikap arif dengan mengenal budi dan daya sehingga memiliki kehalusan jiwa serta empati terhadap kesulitan orang lain. Bercermin pada kegigihan orang tua tersebut, maka sekarang saatnya yang muda yang peduli!

Bila pohon terakhir telah ditebang Bila tetesan air terakhir telah diminum Ternyata, uang tak dapat dimakan

--Nur Hidayati, peraih Kalpataru 2004

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline