Lihat ke Halaman Asli

Nadia Farah

Mahasiswa

ABK? Hiraukan atau Perhatikan?

Diperbarui: 28 November 2016   08:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tahukah anda siapa albert einstein? Ya, Einstein merupakan penemu teori relativistik. Mayoritas orang akan berfikir bahwa albert adalah orang yang sangat cerdas. Namun tahukah anda bahwa einstein merupakan salah satu pengidap sindrom asperger. Sindrom asperger adalah salah satu gejala autisme dimana para penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikaai dengan lingkungannya sehingga ia kurang begitu diterima serta dialeksia yang disandangnya membuat banyak orang disekitar einstein menganggapnya bodoh, pemalu dan malas brelajar. Apa yang dimiliki einstein ini dapat dikategorikan sebagai salah satu ragam ABK. 

Anak berkebutuhan khusus atau lebih dikenal dengan sebutan ABK merupakan anak yang membutuhkan cara atau pelayanan pendidikan yang berbeda (khusus) baik disebabkan faktor internal (kondisi perkembangan) atau faktor eksternal (lingkungan). Faktor interal tetsebut meliputi disabilitas dan keunggulan. 

Disabiliti berkaitan dengan ketidakmampuan seseorang dalam melakukan suatu hal baru dan susah berhubungan suatu hal yang menyangkut bentuk fisik ( memiliki kekurangan) Dan keunggulan ini menyangkut dengan gifted and talented seseorang sedangkan faktor eksternal meliputi fakir, miskin,terlantar,korban bencana,konflik sosial, terbelakang secara geografis, minoritas dll. 

Pernahkah anda berfikir bahwa orang-orang sering kali menatap sebelah mata anak abk?seperti halnya einstein yang dikucilkan di masyarakat dan bahkan dikatakan bodoh. Seringkali anak abk malah tidak di perhatikan, bahkan banyak diantara mereka yang malah diolok-olok, ada juga ditemukan anak abk yang dipasung. 

Hal ini terjadi karena orang tua mereka yang menganggap sebagian anak abk malah membuat malu orang tuanya dan sangat merepotkan serta banyak anggapan bahwa anak yang cacat(memiliki kekurangan) dianggap membawa sial. Padahal seharusnya anak berkebutuhan khusus lebih diutamakan, mereka juga memiliki potensi besar dalam dirinya. 

Tak sedikit anak abk yang tidak mendapat pendidikan. Hal ini terjadi karena jumlah sekolah khusus terbatas dan cenderung terkonsentrasi di kota-kota besar, ABK tersebar diberbagai tempat sampai ke pelosok, masuk SLB membutuhkan dana yang besar dan masih banyak lagi. 

Namun, saat ini perhatian kepada anak berkebutuhan khusus sudah mulai membaik. Sudah banyak institusi-institusi pendidikan dan institusi lain yang dibangun untuk membantu mereka memperoleh ilmu. Diantaranya adalah Sekolah luar biasa (SLB), sekolah dasar luar biasa (SDLB), lembaga non sekolah (panti, rumah sakit) serta pendidikan inklusi seperti TK, SD, SMP, SMA yang sudah mampu menangani masalah ABK .




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline