Lihat ke Halaman Asli

Nada Basma

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Kisah Harapan Seorang Penjual Balon Keliling di Muktamar Muhammadiyah Ke-48

Diperbarui: 6 Desember 2022   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arsip penulis saat penyelenggaraan Muktamar Muhammadiyah ke-48/dokpri

KARTASURA- "Ya.. orang tua mana yang gak mau anaknya sekolah tinggi-tinggi." ucap Wono (69) yang berprofesi sebagai pedagang balon keliling. Wono adalah tulang punggung keluarga yang sangat ingin anak semata wayangnya bisa lanjut kuliah nanti. ia memiliki seorang anak laki-laki yang saat ini duduk dibangku kelas 3 SMK.

Seperti yang kita tahu, sudah 3 tahun berlalu semenjak Covid-19 menyerang hampir seluruh dunia yang tentunya memiliki dampak langsung dan tidak langsung. Dampak langsungnya adalah terpapar virus Covid-19 yang menyebabkan gejala seperti demam, hilang penciuman, bahkan hingga menyebabkan kematian. Sedangkan dampak tidak langsungnya adalah salah satunya sektor perekonomian negara. Dapat dilihat dari pedagang kecil yang sangat kesulitan setelah diberlakukannya PSBB oleh pemerintah, guna mencegah penyebaran Covid-19 yang dengan kata lain berkurangnya mobilitas masyarakat. Tak terkecuali Wono yang akhirnya memilih beralih sebagai pedagang balon keliling, setelah sebelumnya berprofesi sebagai tukang becak kayuh. 

"Saya dulu jadi tukang becak, tapi (semenjak) Covid-19 jadi sepi, terus temen saya nawarin dagang balon keliling aja." tutur Wono menjelaskan. Wono mulai berjualan balon keliling saat memasuki bulan puasa tahun ini. Ia bersemangat keliling dari satu tempat ke tempat lainnya termasuk saat penyelenggaraan Muktamar Muhammadiyah yang ke-48 di De Tjolomadoe, dengan harapan banyak yang akan membeli dagangannya, agar ia dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan berharap anaknya bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi nanti.

"Pengen anak lanjut kuliah, tapi makan aja susah." ungkapnya. Seperti yang dikatakan Wono, bahwa Ia sangat ingin anaknya bisa melanjutkan kuliah, tetapi kebutuhan sehari-hari seperti makan saja susah. "Kadang laku kadang nggak, pernah dapet 30 ribu aja." lanjutnya dengan suara lirih. Dengan pendapatan yang tidak menentu, Wono hanya bisa bersyukur dan bersemangat agar bisa terus bekerja lebih keras untuk dapat mewujudkan harapannya itu. 

Sampai saat ini, berdagang balonlah yang menjadi satu-satunya pekerjaan bagi Wono untuk terus bisa menggantungkan harapannya, agar kelak harapan untuk menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi dapat terwujud dan terbang bersama balon-balon harapan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline