Lihat ke Halaman Asli

Catatan dari Meja Reparasi

Diperbarui: 16 Desember 2024   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Ilustrasi Jahit  Sumber : Pictogram

Menjahit Kembali Apa yang Telah Robek

Jarum jahit tua itu menghela nafas saat melihat kain yang baru masuk ke meja reparasi. "Ini yang ketiga minggu ini," gumamnya pada Benang Merah yang setia menemaninya bertahun-tahun.
"Robek parah?" tanya si Benang.
"Worse. Ini bukan sobekan biasa. Ini... kepercayaan yang terkoyak."
Di atas meja reparasi, tergeletak sehelai kain kepercayaan yang compang-camping. Serat-seratnya tidak hanya robek, tapi juga kusut dan beberapa bagian hangus, tanda-tanda pengkhianatan yang menyakitkan.
Gunting Tua yang sudah pengalaman menggeleng-geleng. "Ini bakalan susah. Lihat pola sobekannya..classic case of betrayal. Dan lihat bagian yang hangus ini? Hasil dari kata-kata yang tak bisa ditarik kembali."

"Kita perlu rapat," kata Jarum, mengumpulkan seluruh peralatan jahit.
Dedal yang selalu protektif mengangkat suara pertama. "Kita harus hati-hati. Satu tusukan salah, bisa tambah parah."
"Tapi kalau terlalu lembut, jahitannya tidak akan kuat," protes Benang Nilon yang terkenal dengan kekuatannya.
Spul Mesin Jahit yang biasanya pendiam akhirnya berbicara. "Mungkin kita perlu kombinasi. Ada bagian yang perlu ketegasan, ada yang butuh kelembutan."

Mereka memulai proses dengan hati-hati. Jarum memimpin operasi, dengan Benang Merah mengikuti setiap tusukan dengan cermat.
"Pelan-pelan," bisik Dedal, melindungi jari-jari yang bekerja. "Trust takes time to rebuild."
Bantalan Jarum menambahkan kebijaksanaannya: "Setiap jahitan adalah kesempatan baru. Setiap tusukan adalah langkah menuju penyembuhan."
Tapi pekerjaan ini tidak mudah. Beberapa bagian terlalu rapuh untuk dijahit langsung.
"Kita perlu patch," usul Kain Perca yang sudah berpengalaman dengan luka-luka. "Tambalan baru untuk memulai lagi."

Di tengah proses, mereka menemukan kesulitan. Ada bagian yang terus lepas setiap kali dijahit.
"Ini normal," kata Gunting bijak. "Kadang kepercayaan perlu waktu untuk menerima jahitan baru."
Jarum Pentul yang bertugas memegang bagian-bagian yang belum dijahit menambahkan, "Terkadang kita perlu membiarkan beberapa bagian tetap terbuka, memberi ruang untuk bernafas."
"Tapi bagaimana dengan lubangnya?" tanya Benang cemas.
"Not all holes need to be filled," jawab Gunting. "Kadang lubang itu menjadi ventilasi untuk kepercayaan yang baru tumbuh."

Suatu malam, ketika jahitan hampir selesai, sebuah gerakan mendadak membuat beberapa bagian kembali terlepas.
"See? Ini sia-sia!" Benang Nilon frustasi. "Begitu ada guncangan sedikit, langsung robek lagi!"
Tapi Jarum Tua tetap tenang. "Ini bukan soal membuat jahitan yang tidak akan robek lagi. Ini soal membuat jahitan yang cukup kuat untuk bertahan, tapi cukup fleksibel untuk beradaptasi."

Setrika yang biasanya diam mulai berbicara, "Kalian tahu, kadang masalahnya bukan di robekan, tapi di lipatan."
Semua peralatan menoleh.
"Lipatan lama, kebiasaan lama, pola pikir lama... semuanya perlu dirapikan ulang. Tidak ada gunanya menjahit jika dasarnya masih kusut."

Mereka mulai mengubah strategi. Tidak hanya menjahit, tapi juga merapikan lipatan lama (oleh Setrika), memberi ruang bernafas (oleh Jarum Pentul), menguatkan bagian yang rapuh (oleh Benang Nilon) dan melindungi bagian yang masih dalam proses (oleh Dedal).

"Ini seperti orkestra," kata Spul. "Setiap alat punya perannya sendiri."

Suatu pagi, mereka melihat sesuatu yang berbeda. Di antara jahitan-jahitan baru, muncul pattern yang indah.
"Lihat!" seru Benang Merah excited. "Jahitannya membentuk pola baru!"
Jarum tersenyum. "Itu yang terjadi ketika kepercayaan dijahit kembali. Ia tidak kembali seperti semula - ia menjadi sesuatu yang baru, mungkin lebih kuat, dengan pattern yang berbeda."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline