Lihat ke Halaman Asli

Ternyata Ada Alasan Ilmiah Kenapa Kita Suka Prokrastinasi

Diperbarui: 25 Juli 2023   18:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

source:madrito


Apakah Anda pernah mengatakan "nanti saya kerjakan" tapi ternyata itu "nanti" berubah menjadi "besok", "minggu depan", atau bahkan "bulan depan"? Jika ya? Selamat datang di klub Prokrastinasi! Di sini, kita tidak hanya ahli dalam menunda-nunda, tapi juga jago dalam menghalalkan tindakan tersebut. Kenapa? Bias kognitif, sahabat-sahabatku, itulah dalangnya!.

Prokrastinasi itu seperti kartu kredit: sangat menyenangkan sampai Anda mendapatkan tagihannya

Awalnya, kita merencanakan dengan baik. Ah, menulis laporan 5 halaman? Mudah, cukup satu malam. Ini namanya Planning Fallacy, kita meremehkan waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Hasilnya? Alas kaki sudah di udara, padahal tanggal pengumpulan sudah di depan mata.

Selanjutnya, kita memikirkan: "Hmm, mengerjakan laporan itu sekarang atau nonton Netflix dan ngemil popcorn?" Ini adalah Temporal Discounting, kita lebih suka ganjaran langsung daripada hasil jangka panjang. Meski kita tahu laporan itu penting, tetapi Netflix dan popcorn... ah, mereka begitu menggoda!

Pernah berpikir, "Ah, nonton satu episode lagi gak apa-apa. Laporan? Bisa dikerjakan besok pagi." Nah, inilah Present Bias. Kita lebih mementingkan kepuasan saat ini daripada memikirkan masa depan. Tetapi, pagi harinya? Kita bangun kesiangan dan berlari-lari ke kampus sambil menyesal.

Bias kognitif lainnya adalah Self-serving Bias. Saat kita menunda-nunda, kita mencari alasan. "Saya menunda karena tugasnya terlalu sulit!" atau "Saya tidak bisa mengerjakan karena teman saya tidak memberi data!" Kita jarang mengakui bahwa kita prokrastinasi karena alasan kita sendiri.

Lalu, ada Optimism Bias, di mana kita percaya bahwa kita pasti bisa menyelesaikan semuanya tepat waktu. "Ah, tak apa, saya bisa menulis 5 halaman dalam sejam!" Kata siapa? Faktanya, kita sering salah dalam perkiraan ini.

Terakhir, mari kita bahas Dunning-Kruger Effect. Kadang-kadang, kita merasa terlalu yakin dengan kemampuan kita. "Ah, saya bisa melakukannya. Itu mudah!" Namun, kenyataannya seringkali tidak sesuai dengan keyakinan kita itu, dan akhirnya kita menunda pekerjaan tersebut.

Jadi, bagaimana solusinya? Kita harus belajar mengenali dan mengatasi bias kognitif ini. Dengan menyadari bahwa kita sering meremehkan waktu yang dibutuhkan untuk tugas (Planning Fallacy), lebih memilih ganjaran sekarang (Temporal Discounting dan Present Bias), menyalahkan faktor eksternal (Self-serving Bias), terlalu optimis (Optimism Bias), dan terlalu percaya diri (Dunning-Kruger Effect), kita bisa memutus siklus prokrastinasi.

Namun, ingat yah, sobat, mengubah kebiasaan itu ga bisa dalam sekejap. Butuh waktu, kesabaran, dan usaha yang konsisten. Jangan sampai prokrastinasi ini jadi musuh produktivitas dan kreativitas kamu. Jangan biarkan penundaan ini menggagalkan mimpi dan tujuanmu.

Penting banget buat kita untuk ngaku kalau kita punya masalah dengan prokrastinasi. Karena ngakuin masalah ini adalah langkah pertama buat mengubahnya. Dengan paham gimana bias kognitif ini mempengaruhi perilaku kita, kita bisa merancang strategi yang tepat buat ngelawan prokrastinasi. Misalnya, kalau kita sadar bahwa kita suka underestimate waktu buat menyelesaikan tugas (Planning Fallacy), kita bisa mulai alokasikan lebih banyak waktu buat kerjain tugas itu.

semua tugas yang kita selesaikan hari ini adalah waktu luang yang kita dapatkan di masa depan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline