Lihat ke Halaman Asli

Mari Ingat Rumah di Pagi Hari

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1299089320325346828

[caption id="attachment_94011" align="aligncenter" width="680" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas)"][/caption]

"Bangunnya jam empat pagi, Kak. Nyari kertas buat bekal jajan".

Setelah beberapa jam baru saya "ngeh" dengan kata-kata anak-anak sekolah alam di kawasan pembuangan sampah Bantar Gebang itu. Mungkin tadi saat mereka ramai-ramai cerita, hanya masuk kuping kanan, lalu segera keluar lagi.

"Tadi sarapan pakai sambel. Ga ada duitnya."

kalau biasanya, selain sambel, apa lagi?

"pake bayem."

beli di mana bayemnya?

"Ga beli, nemu. kalau ga nemu ya ga bisa makan bayem."

Bu Guru di sekolah gratis itu cerita, selain kertas dan plastik, anak-anak ini memang ditugasi mencari "bahan" untuk menu sarapan keluarga mereka dari gunungan sampah. Yaampun, padahal di sana itu lalat-lalat ijonya, belatungnya, belum lagi bau menyengatnya, jadi jaminan untuk hilangnya nafsu makan. Nah, mereka ini justru mencari makanan dari situ.

Saya jadi ingat rumah. Setiap bangun tidur sebelum "keluar rumah" empat tahun lalu, nasi dan kawan-kawannya sudah siap di meja makan. Asap-asap nasi hangat, aroma bawang putih dari tempe goreng, bakso dan sosis yang menyembul di tengah mangkuk sup, segelas teh manis hangat....ah. Kendati sederhana, tapi tak perlu usaha apa-apa untuk menikmatinya. Saya tinggal buka mata, trus jalan lima-enam langkah dari kamar.

Terimakasih Tuhan. Berikan kebahagiaan pula untuk anak-anak Bantar Gebang dan keluarga mereka dengan rupa-rupa karunia-Mu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline