[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="www.beritabali.com"][/caption]
Belum selesai kasus bullying di salah satu SMA di jakarta potret buram dunia pendidikan, kali ini satu kasus kekerasan yang baru saja saya baca lewat koran lokal kemarin pagi membuat saya terperanjat. Bagaimana tidak, ada satu kejadian yang membuat saya miris yaitu adanya seorang siswi kelas IX di salah satu SMP negeri di kota Blitar menjadi korban kekerasan oleh teman-teman (cewek) satu sekolahnya. Bahkan saat ini korban bernisial SH harus di rawat di rumah sakit umum di kota saya karena mengalami luka di perut dan kepala.
Penganiayaan ini diketahui saat korban pulang ke rumah dalam keadaan lemas. Setelah ditanya oleh orang tuanya, diapun mengaku bahwa habis dipukuli oleh beberapa teman satu sekolahnya. Bahkan menurut pengakuan korban pada orang tuanya perutnya sempat diinjak-injak oleh teman-temannya itu. Dan diduga permasalahannya dipicu oleh para pelaku yang notabene teman korban yang tidak terima dengan perlakuan korban yang menurut mereka telah melakukan adu domba sesama teman.
Kejadian penganiayaan sendiri terjadi dua hari berturu-turut yaitu hari senin 30 juli 2012 dan selasa 31 juli 2012. Kenapa bisa sampai dua kali dan korban diam saja? Karena menurut pengakuan korban, dia diancam akan terkena denda sebesar Rp. 500.000 tiap harinya jika sampai melapor. Pada hari kedua korban dibohongi bahwa para pelaku penganiayaan itu akan meminta maaf atas perbuatannya, namun setelah ditemui oleh korban di sebuah rumah kosong ternyata korban menjadi 'sansak" hidup untuk kali kedua hingga menyebabkan dia harus dirawat di rumah sakit akibat beberapa luka yang dideritanya. Pihak seolah sendiri belum mengetahui penyebab atau permasalahan penganiayaan yang dilakukan oleh para siswinya, saat ini kasusnya sudah dilimpahkan ke pihak kepolisian untuk diproses lebih lanjut.
***
Memang sebenarnya hal seperti ini bukan menjadi hal "pertama" atau hal baru, akan tetapi yang membuat saya miris adalah terjadi di area atau wilayah dekat tempat tinggal saya. Oh beginikah remaja kota Blitar sekarang? Saya sering membaca berita mengenai penganiayaan pelajar di luar daerah, tapi baru kali ini saya tahu ada "geng" cewek yang sedang beraksi di kota Blitar. Jadi sudah mulai ikuta-ikutan meniru daerah lain rupanya. Heran saya kenapa yang ditiru kok hal-hal yang begituan ya??
Kalo sudah begini siapa lagi yang disalahkan? Orang tua? Guru? ataukah media? Kita tahu bersama tontonan televisi benar-benar luar biasa saat ini , terutama sinetron remajanya. Rata-rata nunjukin aksi bullying si kuat menekan si lemah. Belum lagi banyaknya video kekerasan yang beredar di internet yang bisa diakses kapan saja dimana saja asal punya koneksi internet.
Seharusnya video-video itu menjadi pembelajaran agar jangan ditiru bukan? Tapi sayangnya para pelaku ini malah pengen ikut-ikutan dengan menjadikan teman mereka menjadi korban. Tentu mereka tidak berfikir panjang apa yang terjadi setelahnya. Yang penting mereka bisa merasakan "sensasi" menjadi geng yang ditakuti. Andaikata ada permasalahan mbok yaa diselesaikan secara damai (harusnya) sayangnya hal yang klise begini, sekarang malah jarang dilakukan gak hanya oleh para remaja tapi juga para orang dewasa.
Ya sudahlah semoga ada hikmah yang bisa diambil, meski (sekali lagi) terdengar klise tapi saya masih berharap ada terang setelah gelap.
Selamat berpuasa bagi yang menjalankan.
Salam jreng -jreng anti galaw