Lihat ke Halaman Asli

Nadaa zakiyah

mahasiswa

Bayang-bayang di Antara Kita

Diperbarui: 20 November 2024   07:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku selalu merasa ada jarak yang tak terucap diantara kami, jarak yang lebih besar dari usia, lebih besar dari sekedar pebedaan karakter. Aku anak ketiga dari empat bersaudara, yang sering kali merasa seperti bayang-bayang yang tak pernah bisa berdiri sejajar dengan yang lain.

Dunia anak tengah da anak lain sangat berbeda. Anak sulung yang selalu menjadi harapan dan seringkali dipuji karena bisa diandalkan, Anak kedua yang selalu dianggap lebih dewasa, dan anak ke empat yang selalu dimanjakan. Sementara aku, aku sangat berbeda dengan mereka. Mereka tidak pernah mengatakan "Kamu Hebat" atau "kami bangga sama kamu".

Meskipun begitu, aku tahu mereka menyayangiku. Hanya saja, mungkin cara mereka memperlakukan semua anaknya dengan cara yang berbeda. Tapi kadang aku merasa tidak adil, merasa bahwa aku ini sangat jauh berbeda dengan kakak dan adikku dan merasa apa yang aku lakukan selalu salah di mata mereka.

Dirumah kami, selalu ada saja drama yang sangat tidak mengenakan. tiada hari tanpa drama dirumah kami. Ini membuatku terkadang lebih suka berada di luar daripada di rumah. Di luar, aku mencoba mencari tempat untuk menenangkan diri. Aku mencari tempat dimana aku bisa di hargai, di apresiasi, dan dimana aku merasa cukup tanpa harus di bandingkan.

Namun, setiap pulang ke rumah, aku merasa bayang-bayang itu selalu mengikutiku. Aku bertanya-tanya, apakah mereka peduli kepadaku?, apakah aku cukup untuk mereka, apakah aku akan pernah menjadi sesuatu yang mereka lihat lebih dari sekedar bayang-bayang diantara mereka?

Aku masih mencari jawaban. Tapi terkadang, aku hanya ingin merasa cukup. Cukup tanpa harus dibandingkan. Cukup tanpa harus mencari bukti-bukti bahwa aku pantas mendapat cinta dann kasih sayang yang tak terbatas.

Aku harap akan ada jawaban suatu hari nanti. Mungkin saja, cinta itu ada di dalam diriku sendiri, dengan cara aku menerima diriku apa adanya, meski tidak pernah ada kata "Aku bangga kepadamu".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline