Manusia adalah puncak kesempurnaan dari ciptaan Tuhan dan juga merupakan wakil Tuhan yang dikirimkan ke bumi untuk memanifestasikan nilai nilai ke-Tuhanan dan ke-Islaman. suatu hal yang membuat manusia mendapatkan hakikat nya bukan hanya sifat dan kegiatan yang dimiliki dirinya namun suatu panduan utuh yang hanya dimiliki oleh manusia yaitu fitrah. fitrah mendorong manusia untuk melakukan hal hal yang bersifat suci dan secara kodrati cenderung pada kebenaran (Ar-Rum : 30) hati nurani yang dimiliki manusia merupakan sumber kebaikan yang menjadi dasar manusia untuk berbuat kebaikan, kesucian, dan kebenaran. manusia nantinya akan bermuara pada tujuan terahkir nya ia adalah kebenaran yang mutlak yaitu Allah S.W.T (Az-Zariyat : 56)
Secara asasi dan prinsipil suatu hal mendasar pembeda antara manusia dengan mahluk lainnya dilihat dari fitrahnya, ketika manusia bisa mencapai fitrahnya dan tidak jauh dari fitrahnya maka dia akan menjadi manusia utuh. amal perbuatan yang dilakukan manusia menjadi tolak ukur kehidupan manusia. suatu amal perbuatan akan dinyatakan hidup nilainya ketika melakukan kegiatan amaliyah yang konkret. dalam artian kehidupan manusia tergantung bagaimana kegiatannya, manusia yang melakukan suatu kegiatan yang berperikemanusiaan atau sesuai dengan fitrahnya dia akan mendapatkan kebahagiaan. sebaliknya jika manusia melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fitrahnya maka dia akan mendapatkan kepedihan (An-Nahl : 97)
Manusia akan menemukan kehidupan yang berarti ketika manusia bersungguh sungguh mewujudkan dirinya dalam mengembangkan kecakapan dan juga memenuhi keperluannya dimana ketika ia menjalaninya akan merasakan kebahagiaan dan juga kenikmatan. seorang manusia sejati adalah dia yang menjalankan kegiatan mental dan fisiknya secara selaras dan berkesinambungan.
Karena pada dasarnya jasmani dan rohani bukanlah suatu yang harus dipisahkan justru jasmani dan rohani merupakan satu kesatuan yang selaras. dimana ketika kita kerja kita mendapatkan kebahagiaan dan kebahagiaan terdapat didalam kerja. dan juga tidak ada pembedaan antara individu dan komunal, perorangan dan sebagai masyarakat, hak dan kewajiban dan kegiatan kegiatan lainnya.
Tidak ada klasifikasi pembagian antara jasmani dan rohani, pribadi dan masyarakat, agama dan politik, dan juga dunia ahkirat. karena semuanya harus selaras dan saling berkesinambungan dan semuanya itu dimanifestasikan dalam suatu kegiatan yaitu pada intinya mencari kebenaran. (Al-Bayyinah : 5)
Keikhlasan juga menjadi aspek utuh menjadi manusia sejati pada hakikatnya. seluruh amal perbuatan harus berasal dari dirinya dan bersumber pada keinginan suci melakukan suatu pekerjaan dengan sebuah keyakinan bahwa pekerjaan itu memiliki nilai kebaikan dan tidak menjauhi dari fitrahnya, bukan hendak karena ingin memperoleh tujuan lain yang tidak para fitrahnya nanti akan melahirkan sebuah sikap pamrih. karena melakukan pekerjaan dengan ikhlas akan mengangkat nilai kemanusiaan pelakunya dan memberikan kebahagiaan (Fatir : 10)
Pada intinya banyak manusia yang belum sadar akan hakikatnya sebagai manusia. seorang manusia dikatan menjadi manusia ketika ia menyelaraskan antara aspek jasmani dan rohani yang nantinya akan mewujudkan suatu pekerjaan menuju fitrah atau "Dlamier" (kebaikan). manusia yang sesuai dengan fitrahnya ia akan mendapatkan suatu kebahagiaan dan sebaliknya jika manusia melakukan sesuatu dan menjauhi fitrahnya maka ia akan mendapatkan kesengsaraan.
Pada dasarnya manusia lahir menjadi individu yang suci dan pada dasarnya manusia memiliki kebaikan dalam dirinya tinggal bagaimana kita sebagai mahluk yang berakal memilih untuk menjauhi kebaikan atau mendekatinya. manusia sejati ialah manusia yang dapat melakukan pekerjaan secara bahagia dan ikhlas menuju kebenaran mutlak yakni Allah S.W.T
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H