Lihat ke Halaman Asli

Tiaz Ncek

Himpunan Mahasiswa Islam

LK-II, LK-III, SC, Kebutuhan atau Eksistensi?

Diperbarui: 16 Maret 2020   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

HMI

Himpunan Mahasiswa Islam atau yang sering disingkat HMI. adalah sebuah organisasi yang lahir atas keresahan seorang mahasiswa Jogjakarta yaitu kanda Lafran Pane melihat situasi umat Islam dunia yang masih kental akan romantisme sejarah.

Kejumudan berfikir umat Islam Indonesia dan berkembang pesatnya paham komunisme di dunia perguruan tinggi mendorong Lafran Pane untuk mendirikan sebuah wadah yang kita kenal sebagai HMI yang lahir pada 14 Rabiul Awal 1366 H atau bertepatan pada 5 Februari 1947. 

Organisasi ini kian eksis menunjukan keberadaannya dan selalu menjawab tantangan zaman dari keikutsertaan dalam memberantas PKI ditahun 1948 dan 1966 hingga kritik terhadap rezim orde baru di penghujung masanya pada Reformasi tahun 1998.

HMI selalu melahirkan kader kader yang memberikan sumbangsihnya terhadap Indonesia dan kader kader HMI selalu berperan aktif dalam dunia kepemudaan dan perguruan tinggi. akan tetapi tak sedikit pula kader HMI yang tidak "se-emas" para kader kebanyakannya. karena yang membuat para kader HMI "emas" kembali pada individu kualitas yang dimiliki oleh para kader. dimana para kader bisa mendapatkannya? 

jenjang pendidikan di HMI banyak tingkatannya. dari yang formal hingga non-formal, dimana masing masing jenjang pendidikan memiliki tujuan tersendiri selagi masih dalam koridor perjuangan organisasi. 

apakah tolak ukur kehebatan seorang kader di lihat dari setinggi apa pendidikan dia di HMI? seharusnya memang iya seperti itu. akan tetapi faktanya tidak sedikit kader HMI yang melanjutkan pendidikan lanjutannya hanya sekedar mencari eksistensi atau menaikan  derajat dirinya terhadap kader lainnya. karena secara kualitas banyak kader kader HMI yang sepulangnya dari Intermediate Training masih tidak ada perubahan selain perubahan dalam kelas sosial.

Sejatinya, ketika kita memahami setiap tujuan dari LK-II, LK-III, ataupun SC seharusnya kita lebih bisa memaknai apa tujuan dari diadakannya training tersebut. bukan hanya sebatas selesai LK-II merasa sombong didepan kawan atau adik kelasnya, selesai SC merasa gagah gagahan atau memanfaatkan jabatannya agar bisa mengelola sebuah training yang kemudian dipakai untuk gagah gagahan.

karena tujuan dari berlanjutnya seorang kader ke jenjang training berikutnya bukanlah se-receh itu. seorang kader yang mampu menyelsaikan jenjang trainingnya harus bisa memberikan perubahan kearah yang positif, harus bisa mengamalkan pasal 5 HMI demi terwujudnya tujuan HMI, harus bisa memaknai 5 kualitas insan cita beserta 17 indikatornya agar dapat menjadi seorang yang insan kamil, harus mampu menjadi seorang kader yang bisa membawa nama baik himpunan ini kearah yang lebih baik dan berkontribusi terhadap lingkungan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 

lulus atau tidaknya seorang kader dalam menjalankan training lanjutan bukan dilihat dari seberapa besar nilai yang ia dapatkan di sertifikat kelulusan karena itu hanyalah sebuah angka. akan tetapi kelulusan seorang kader ketika menyelsaikan jenjang training lanjutannya di HMI dilihat dari perubahan apa yang ia bawa untuk lingkungannya dan perubahan apa yang terjadi pada diri seorang kader dan seberapa konsisten seorang kader ber-HMI. 

tanggung jawab itu yang pada dewasa ini sulit untuk terealisasikan karena kebanyakan kader menganggap bahwa dirinya sudah lulus ketika ia dapat berfoto menggunakan gordon dengan gagahnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline