Negara Republik Indonesia merupakan negara yang "Kaya".. Kaya akan populasinya, kaya akan budayanya, dan tentunya kaya akan perbedaannya. Namun tentunya dengan perbedaan-perbedaan yang ada tersebut dapat menimbulkan 2 dampak, yakni dampak positif dan negatif.
Menurut data BPS pada pertengahan tahun 2023, Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah masyarakat yang sangat banyak yakni sejumlah 278,69 juta jiwa. Jumlah populasi ini pastinya tersebar di berbagai provinsi, yang tentunya memiliki adat istiadatnya masing-masing. Sehingga inilah salah satu pemicu dari perbedaan-perbedaan yang telah ada sejak jaman dahulu.
Selain jumlah populasi masyarakat yang tinggi, salah satu faktor yang menyebabkan munculnya perbedaan ialah faktor ekonomi. Ketidakmerataan dalam sisi ekonomi sangat berpengaruh terhadap penyerapan perkembangan yang terjadi di masa kini. Ketidakmerataan ini menyebabkan lambatnya kemampuan masyarakat dalam beradaptasi menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi.
Salah satu perkembangan yang terjadi di Indonesia sekarang ini ialah semakin majunya teknologi yang ada. Hal ini tentunya menuntut masyarakat untuk secara aktif siap dalam menghadapi perubahan yang ada. Digital marketing contohnya. Indonesia yang dulunya menerapkan sistem konvensional, yang mewajibkan penjual dan pembeli untuk bertemu secara langsung dalam melakukan transaksi, kini dengan pasti telah melaju kencang menuju ke arah yang jauh lebih moderen, yakni memanfaatkan media digital sebagai salah satu strategi pemasaran yang menjanjikan.
Perubahan ini tentunya lebih memberikan dampak positif, entah itu bagi penjual ataupun pembeli. Akan tetapi yang jadi pertanyaannya sekarang ini ialah, "Apakah semua kalangan masyarakat sudah tahu apa itu digital marketing ? Apakah mereka sudah secara efektif memanfaatkan digital marketing?". Kembali lagi ke awal, Indonesia merupakan negara yang kaya akan perbedaan.
Masyarakat wilayah Jabodetabek merupakan masyarakat yang paling cepat mengetahui dan menerima perkembangan yang masuk ke Indonesia, karena daerah Jabodetabek merupakan wilayah pusat yang selalu berdiri paling terdepan dalam menyambut segala kedatangan perubahan dari berbagai arah. Sangat berbanding terbalik dengan salah satu daerah di Indonesia, yakni wilayah Timur.
Faktanya, masih banyak masyarakat Indonesia bagian Timur yang hingga saat ini belum bisa beradaptasi dengan penerapan era digitalisasi masa kini. Salah satunya adalah masyarakat Ohoi (Desa) Denwet, Kecamatan Kei Kecil Timur, Maluku. Pada saat Penulis beserta Tim turun lapangan dalam rangka melaksanakan kegiatan Pengabdian Masyarakat (12/2022), terlihat nyata bahwa masyarakat sekitar walaupun sudah mampu membeli serta mengakses gadget yang mereka miliki, namun mereka belum mampu untuk secara optimal memanfaatkan teknologi yang mereka miliki tersebut. Padahal sebagian masyarakat dengan rata-rata usia 20 - 40 tahun, yang berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga tersebut memiliki pekerjaan sampingan sebagai penjual ikan serta produk olahan ikan lainnya. Sehingga diharapkan mereka memiliki pengetahuan dasar terkait digital marketing, yang nyatanya tidak sama sekali.
Hal ini sangat disayangkan, mengingat digital marketing sangat bermanfaat dalam memberikan kemudahan dan juga dapat mengurangi resiko terjadinya kerugian. Dimana apabila masyarakat Ohoi masih menerapkan sistem konvensional, tentunya mereka harus siap untuk bolak-balik dari Ohoi ke Pasar dengan jarak hampir 40km menggunakan angkot. Biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit, mengingat harga jual ikan di daerah Timur tidaklah semahal daerah lain, sehingga sangat berpengaruh terhadap keuntungan yang diterima. Bersyukur apabila laku terjual setiap harinya, namun bagaimana bila pembelinya sedikit?
Apabila dilihat dari sisi financial-nya, banyak sekali keuntungan yang diterima apabila masyarakat mampu menerapkan strategi digital marketing. Akan tetapi faktanya, masih banyak masyarakat wilayah Timur yang belum mampu melakukan hal tersebut. Bukan hanya karena faktor ekonomi, kurangnya perhatian dari pemerintah dalam memperhatikan keadaan di Indonesia Timur juga menjadi salah satu pemicu terjadinya kesenjangan ini.
Indonesia merupakan negara yang sangat luas, sehingga diperlukan orang-orang yang benar-benar mampu dalam melakukan pemerataan. Wilayah Timur jauh dari wilayah pusat, perkembangan yang terjadi tidak bisa serta-merta langsung diterima untuk masyarakatnya, Pemerintah harus turun tangan secara langsung dalam menyampaikan serta melatih masyarakat di Indonesia bagian Timur dalam beradaptasi menghadapi perubahan yang terjadi.
Perlu diingat bahwa Indonesia terdiri dari berbagai provinsi, berbagai budaya, berbagai kebiasaan, yang tentunya sangat berpengaruh terhadap pola pikir orang-orangnya. Sehingga diperlukan teknik yang berbeda dalam mengatasi setiap permasalahan yang terjadi.