Lihat ke Halaman Asli

Nazzar Arobbi

Mahasiswa Teknonologi Pendidikan Universitas Negeri Malang

Bagaimana Teknologi dan Digitalisasi dalam Pemilu 2024?

Diperbarui: 25 Desember 2022   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Tidak terasa tahun demi tahun berganti dengan cepatnya, menggerus waktu yang terasa sangat indahnya. 2024 segera datang untuk menyapa kita semua. Yang artinya perhelatan akbar Pemilihan Umum 2024 di negara kita tercinta ini sudah ada di depan mata. Namun sudah siapkah kita semua dalam menghadapinya ?.

Bisa dikatakan dalam pemilu kali ini, sedikit banyak memang harus ada perbaikan dari segala aspek yang ada di dalamnya. Bukan tanpa alasan, saat ini saja arus digitalisasi sudah berkembang dengan sangat pesat tidak terkecuali dalam hal dunia perpolitikan. Hal tersebut memang fenomena nyata yang harus kita hadapi bersama sama. 

Pemanfaatan teknologi saat pemilu sangat penting di era digital ini. Sebab, digitalisasi pemilu diyakini akan mempermudah masyarakat umum dalam menggunakan hak pilihnya. Selain itu, pemilu yang dilakukan dengan menggunakan perangkat digital menghasilkan efisiensi baik dari segi anggaran maupun sumber daya manusia. Penggunaan teknologi dalam pemilu menjadi hal yang penting di era digital ini. Sebab, digitalisasi pemilu diyakini akan mempermudah masyarakat umum dalam menggunakan hak pilihnya. Selain itu, pemilihan yang dilakukan dengan menggunakan perangkat digital menghasilkan efisiensi baik dari segi anggaran maupun sumber daya manusia.

Pemanfaatan teknologi dalam pemilu juga dapat memastikan pemilu terbuka dan bebas dari penyimpangan yang disebabkan oleh kecerobohan atau kurangnya pengawasan. Kalaupun petugasnya sedikit, teknologi akan memudahkan pengorganisasian panggung dan pengawasan pemilu.

Namun disisi lain penggunaan teknologi dan digitalisasai dalam pemilu juga terdapat sisi negatifnya. Digitalisasi ini masih memiliki kelemahan, seperti permasalahan sistem keamanan yang dirancang untuk merusak kepercayaan pemilih. Padahal, aspek yang paling krusial dari pemilu adalah kepercayaan publik terhadap proses pemungutan suara. Kurangnya kepercayaan terhadap pemilu merupakan potensi sumber konflik yang dapat menyebar.

Beberapa negara menggunakan teknologi pemilu secara tidak efektif. Setelah gagal memanfaatkan sistem digitalisasi, bahkan dua negara maju, Belanda dan Jerman, kembali menggelar pemilu dengan cara tradisional.

Jadi kesimpulanya menurut saya adalah jika saja Jerman dan Jepang saja masih gagal dalam mengunakan teknologi digitalisasi maka Indonesia dalam pemilu 2024 ini saya rasa masih belum siap. Namun harapanya pada pemilu pemilu selanjutnya Indonesia diharapakan untuk mampu mempercepat peningkatan teknologi dan digitalisasinya agar dapat dimanfaatkan dalam pemilu di masa depan. 

Sekian tulisan dari saya moon maaf apabila ada kesalahan sekian terimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline