Lihat ke Halaman Asli

NAZWA TAMAILLA

Mahasiswa/Universitas Pendidikan Indonesia(UPI)

"Which is" Anak Jaksel: Menelusuri Asal Usul Munculnya Fenomena Gaya Bahasa "Gado-Gado"

Diperbarui: 14 Oktober 2023   15:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Katanya, anak Jakarta belum gaul jika berbicara tidak menggunakan bahasa Jaksel. Belakangan ini fenomena bahasa anak Jaksel menjadi lelucon viral di berbagai media sosial. Istilah “Bahasa anak Jaksel” tidak asing lagi di telinga kita. Pemakaian bahasa “gado-gado”, pencampuran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia ala anak urban – salahsatu stereotipnya adalah mereka yang tinggal di daerah Jakarta Selatan (Jaksel).

Misalnya, kita sering mendengar ungkapan-ungkapan bahasa inggris seperti “which is” (di mana), “literally” (sungguh-sungguh), “jujurly” (sejujurnya), “basically” (pada dasarnya), “I” (aku), “like-unlike” (seperti-tidak seperti), “anyway” (ngomong-ngomong), “cmiiw” (Correct Me If I’m Wrong = koreksi jika aku salah), “mostly” (Sebagian besar), “well” (dengan baik), “IDK” (I Don’t Know = saya tidak tahu), “hectic” (sibuk) dan lain sebagainya. Ungkapan- ungkapan tersebut biasanya dicampur ke dalam kalimat-kalimat bahasa Indonesia. 

Sebagian orang berpandangan, gaya bahasa ala anak Jaksel ini melambangkan tingkat Pendidikan dan kelas sosial yang lebih tinggi. Hal ini mungkin benar adanya, tetapi fenomena ini sebenarnya bisa di tinjau lebih dalam bagaimana Sejarah Kebudayaan Bahasa, bisa membentuk fenomena gaya bahasa gado-gado tersebut.

Saat ini, bahasa yang mendominasi di kalangan masyarakat bukan hanya bahasa daerah saja, melainkan terdapat beberapa variasi perubahan gaya bahasa yang dipicu oleh perkembangan zaman yang sangat pesat. Biasaya masyarakat menggunakan beberapa variasi gaya bahasa ini untuk berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari. Gaya bahasa mendominasi ini disebut “bahasa gaul”, dan merupakan bahasa yang mempunyai perubahan istilah dari bahasa prokem pada tahun 1980-an. 

Mulyana (2008) mengatakan bahwa bahasa gaul merupakan bahasa yang terdiri dari sejumlah kata maupun istilah yang memiliki makna serta arti khusus, unik, dan terkadang bersifat menyimpang atau bahkan bertentangan dengan makna yang lazim ketika digunakan oleh masyarakat dari daerah dan mempunyai kultur yang berbeda.

Menurut budayawan Ridwan Saidi, paduan bahasa Indonesia dengan bahasa asing sudah terjadi bahkan sebelum zaman kolonialisme. Salahsatu faktonya ialah perdagangan dan pernikahan antar budaya. Lambat laun, Pemerintah kala itu juga pernah menertibkan warga untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sementara menurut pengamat bahasa Ivan Lanin, fenomena bahasa anak Jaksel ini disebut campur kode dalam kajian linguistik. Penyebabnya adalah kebiaan dan pengaruh lingkungan. Beliau juga mengutarakan bahwa: “sebagian manusia adalah triglot artinya ‘orang yang menguasai 3 bahasa’, lahir dengan menguasai bahasa daerah, lalu dituntut menguasai bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dan nasional kita, kemudian kita perlu menguasai bahasa asing agar bisa memperoleh ilmu pengetahuan dan juga kita bisa berkomunikasi dengan orang dari mancanegara. Ketiga bahasa tersebut harus diperlakukan dengan adil.” Beliau juga berharap agar bangsa ini bisa mengutamakan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah, dan menguasai bahasa asing.

Bahasa gaul “Jaksel” ini dianggap booming tahun 2018 yang lalu, pada saat sedang trend berbicara dengan bahasa campuran, yaitu mix bahasa antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia serta ditambahkan slang words dari bahasa Inggris itu sendiri. Dilihat dari mayoritas yang menggunakan bahasa gaul tersebut adalah kalangan remaja di daerah Jakarta Selatan. Oleh sebab itu, bahasa gaul tersebut dinamakan menjadi bahasa anak “Jaksel”. Eksistensi bahasa “Jaksel” diawali dari banyaknya remaja Jakarta yang menggunakan bahasa tersebut dan diimplementasikan dalam berkomunikasi lewat media sosial. Media sosial mempunyai pengaruh besar bagi hal apapun yang sedang trending topic.

Dalam hal ini, bahasa gaul anak “Jaksel” yang digunakan sebagai komunikasi dalam kehidupan sehari-hari remaja Jakarta, melihat dari beberapa remaja yang mengerti dan tidak semua dapat memahami bahasa gaul “Jaksel” tersebut. Terkadang remaja yang menggunakan bahasa gaul “Jaksel” ini hanya mengikuti perkembangan saja agar terlihat up to date dan tidak ketinggalan zaman serta melihat bahasa gaul “Jaksel” ini sebagai bahasa yang trend dan famous digunakan dalam lingkup remaja Jakarta.

Jadi bisa di simpulkan, bahwa fenomena gaya bahasa gado-gado ini berawal dari kemauan individu pengucap bahasa Indonesia yang mencampurkan dengan bahasa Inggris. Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris memanglah sangat penting bagi kehidupan. Tetapi kita juga harus bisa menjaga konsitensi berbahasa, which is literally akan menjadi nilai positif dan semakin tinggi pengakuan bahasa Indonesia di mancanegara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline