Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa Yang Tengah Mengalami Krisis Identitas : Perspektif Friedrich Nietzsche

Diperbarui: 11 Januari 2025   13:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Friedrich Nietzsche (1844--1900) adalah seorang filsuf Jerman yang dikenal karena gagasannya yang revolusioner dalam menentang nilai-nilai moral, agama, dan filsafat barat. Salah satunya pernyataan yang menggemparkan dunia adalah pernyataan bahwa "Tuhan telah mati,".Nietzsche menjelaskan nihilisme sebagai kekosongan makna akibat hilangnya keyakinan, dan menawarkan amor fati, mencintai takdir sepenuh hati sebagai solusinya. Pemikiran ini relevan bagi mahasiswa yang mengalami krisis identitas, kebingungan, dan kehilangan arah dalam pencarian jati diri.

Seorang mahasiswa tahun kedua mengalami krisis identitas setelah merasa salah jurusan. Sebelum kuliah ia memiliki hobi mengambar dan ingin menjadi ilustrator. Namun demi memenuhi keinginan keluarga. Ia memilih jurusan yang dianggap aman seperti ekonomi atau teknik. Akibatnya, ia kehilangan semangat belajar dan merasa terjebak dalam rutinitas yang membuatnya makin stress.

Menurut Nietzsche mahasiswa ini merasa hampa dan kehilangan makna hidup (nihilisme) dalam jurusan yang ia jalani. Mahasiswa ini dapat mencoba mengabungkan minat seninya ke dalam rutinitasnya seperti bergabung dengan komunitas seni. Dengan begitu, ia dapat menemukan kembali semangat dan tujuan hidupnya.

Nietzsche juga memperkenalkan ubermensch yang mengajarkan keberanian untuk menjadi diri sendiri dan menciptakan nilai hidup baru tanpa takut melawan ekspektasi orang lain. Mahasiswa ini dapat menyalurkan bakat seni melalui kegiatan di luar kampus atau menjelajahi peluang yang memungkinkan dirinya berkembang di dua bidang sekaligus. Dalam hal ini, keberanian untuk melampaui batasan dan memilih jalan yang lebih autentik adalah langkah penting.

Terakhir, Nietzsche mengajarkan amor fati, yang berarti mencintai segala sesuatu dalam hidup. Daripada terus menyesali keputusan masa lalu, ia dapat melihatnya sebagai peluang untuk berkembang dan memperkaya dirinya. Dengan sikap ini, mahasiswa bisa menerima dan mencintai perjalanan hidupnya, termasuk tantangan-tantangan yang ia hadapi.

Nietzsche menginspirasi kita untuk menciptakan makna hidup yang sesuai dengan diri sendiri, berani meninggalkan nilai-nilai lama yang tak lagi relevan, dan menerima takdir dengan lapang dada. Bagi mahasiswa yang sedang mengalami krisis identitas, pandangan ini dapat menjadi pendorong untuk melangkah lebih berani dan menemukan jalan hidup yang bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline