Lihat ke Halaman Asli

Nazwatul Mufidha

Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya Prodi S1 Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Keunikan Karakteristik dan Kepribadian Anak Gifted

Diperbarui: 16 Desember 2023   21:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setiap manusia lahir dengan keistimewaan yang khas, tidak ada kesamaan antara indvidu satu dengan individu yang lain, perbedaan itulah yang pada akhirnya akan menentukan siapa dirinya. Salah satu keistimewaan yang khas pada anak adalah adanya keberbakatan. Anak berbakat adalah anak yang memiliki semua potensi mumpuni dan dapat mencapai prestasi yang luar biasa diatas rata-rata. Istilah gifted pertama kali diperkenal oleh Sir Francis Galton pada tahun 1869. Anak gifted adalah anak yang memiliki bakat istimewa dan tidak lumrah dimiliki oleh manusia pada umumnya. Seorang anak yang berbakat dikenal dengan sebutan gifted, talented, bright, dan bahkan disebut superior. 

Anak-anak gifted berkedudukan sama dengan anak lain pada umumnya, baik dirumah, lingkungan sekolah, maupun masyarakat. Namun, perlu disadari bahwa keistimewaan yang khas pada diri seseorang dapat tidak berkembang secara optimal jika faktor-faktor yang memungkinkan tumbuh kembangnya tersebut tidak mendukung. Menurut Renzulli dalam buku Monks & Boxrel (1985) mengemukakan bahwa seseorang dapat dikatakan berbakat apabila memiliki intelegensi di atas rata-rata, kreativitas di atas rata-rata, dan komitmen terhadap tugas yang cukup tinggi.

Dalam klasifikasi tingkat kecerdasan manusia menurut Stanford-Biner, anak gifted termasuk dalam kelompok kecerdasan amat superior (very superior) yang merentang diantara skor IQ 140 - 169. Selain itu, ada juga pembagian tingkat inteligensi menurut C. Thompson, dkk, dalam bukunya "Educational Psychology" yang menunjukkan seseorang dengan skor IQ diatas 140 termasuk dalam Near Genius (genius) yang menurutnya terlalu pandai untuk sekolah di tempat biasa. Tingkat kecerdasan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti genetik, lingkungan, minat dan pembawaan yang khas, gizi, kematangan fisik maupun psikis, pembentukan, dan pembebasan dalam belajar. Beberapa orang menganggap bahwa gifted adalah kata lain untuk autisme, padahal keduanya memiliki perbedaan. 

Anak gifted memiliki tingkat kreativitas yang luar biasa sebagai karakter bawaannya. Dengan karakter demikian, ia mampu mengembangkan analisis dan logikanya menjadi lebih luas sehingga mampu menciptakan atau mengembangkan sesuatu menjadi sesuatu yang baru dan luar biasa. Pemikirannya berkembang sangat jauh dan melampaui batas anak-anak seusianya. 

Anak gifted sering disebut sebagai "penemu" karena hasil pemikirannya yang orisinal dan berbeda dengan orang lain. Sedangkan anak autisme cenderung memiliki keterbatasan kreativitas. Dengan keterbatasan tersebut, anak autisme mengalami kesulitan dalam mengembangkan logikanya sekalipun ia memiliki IQ tinggi dan sangat bertalenta. Karena demikian, pemikiran anak autisme seringkali disebut sangat harfiah dan fragmentik.

Menurut Clark (1999), anak gifted secara kualitatif menunjukkan karakteristik yang berbeda dengan anak normal. Perbedaan tersebut terletak pada aspek kognitif, afektif, sensasi fisik, intuisi, dan kemasyarakatan. Perbedaan tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan kebutuhan dan permasalahan perkembangan. Kebutuhan dan Permasalahan tersebut diantaranya:

  • Ketidakseimbangan antara perkembangan fisik dan intelektual.
  • kemampuan kognitif yang telah melebihi teman seusianya. Kemampuan kognitif yang tidak tersalurkan dengan baik ini dapat menimbulkan permasalahan lainnya, seperti rasa bosan terhadap pengajaran reguler, kesulitan menyesuaikan diri, dan kesulitan dalam menjalin hubungan sosial.
  • Perkembangan kognitif yang pesat belum tentu diiringi dengan perkembangan emosi yang stabil. Sehingga anak gifted cenderung memiliki masalah seperti rawan terhadap kritik, kebutuhan untuk diakui yang berlebihan, bersikap sinis dalam mengkritik orang lain, tujuan hidup yang tidak realistis, atau bahkan cenderung menarik diri.
  • Perkembangan sosial anak gifted yang memang lebih baik daripada anak normal pada umumnya. Namun, hal tersebut dapat memicu masalah perilaku seperti frustasi atas perasaan-perasaan yang tidak tertantang, potensi kepemimpinan yang tidak berkembang, dan kecenderungan mengambil keputusan dengan cepat tanpa mempertimbangkannya.

Karakteristik Anak Gifted 

Pola tumbuh kembang yang khusus

Anak gifted memiliki pola tumbuh kembang yang sangat berbeda dengan anak-anak yang lain. Hal tersebut terjadi sejak dalam kandungan yang dalam proses pematangannya terjadi lebih cepat dan dipengaruhi oleh lingkungan kandungan yang baik berupa nutrisi serta faktor genetiknya. Vaivre-Douret (2011) menjelaskan bahwa pada bayi yang baru lahir, proses kematangan yang cepat ditandai dengan adanya kecepatan bereaksi dan tingginya kewaspadaan daripada bayi seusianya, hal tersebut merupakan akibat sangat sensitifnya indra yang dimiliki seperti auditif, visual, dan olfaktoris. 

Selain itu, ia juga memiliki perkembangan psikomotor yang sangat baik dan cepat dengan skala yang besar. Anak gifted memiliki pola tumbuh kembang yang sangat cepat dan pesatdan lompatan perkembangan yang jauh berskala besar, namun sensorik dan emosinya sangat sensitif dan masih ditemukan ketidaksinkronan dalam perkembangannya, ada sisi yang sangat maju tapi ada sisi lain yang tertinggal. Seperti misalnya motorik kasar yang berkembang pesat namun motorik halusnya tertinggal. Imajinasi yang tinggi namun susah membedakannya dengan realita. Anak gifted dapat memahami hubungan sebab akibat dengan sangat cepat, menyelesaikan permainan yang berhubungan dengan problem solving seperti puzzle dan labirin dengan sangat cepat pula. 

Selain itu, anak gifted sangat mandiri dalam mengembangkan kecerdasannya, ia mampu berhitung, belajar, dan menulis sejak dini tanpa diajarkan sebelumnya. Karena tingkat kreativitas yang tinggi ini, anak gifted sering mengeksplorasi dengan melakukan percobaan-percobaan yang terkadang dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus. Perilaku seperti ini sering disalahartikan oleh banyak orang sebagai perilaku autisme. Anak gifted memiliki kepribadian yang perfeksionis sekalipun ia adalah anak ekstrovert maupun introvert. Ia selalu menginginkan segala sesuatu yang sama persis dan yang terbaik. Cenderung keras kepala dan sulit untuk diberitahu, memiliki motivasi internal yang sangat tinggi sehingga membuatnya selalu mencari tantangan serta memiliki kepekaan sosial dan empati yang besar.

Perkembangan motorik kasar yang luar biasa

Perkembangan motorik yang luar biasa ini membuat anak gifted bereksplorasi tak hanya dengan indera penglihatannya tetapi juga melakukan trial and error. Ia selalu berusaha mencari sesuatu yang mungkin bisa dipegang, diputar, dilempar, atau bahkan dibanting-banting. Sebagai contoh, anak gifted yang melempar-lempar baju dari lemari, jika baju sudah habis dan merasa bosan, ia akan berganti pada selimut, bantal, kemudian berganti pada bola, buku-buku, dan lain sebagainya sampai ia menemukan apa yang dicari dan merasa puas dengan eksplorasinya. Menurut Dabrowski, perkembangan motorik yang luar biasa pada anak gifted termasuk dalam salah satu dari lima faktor perkembangan yang mengalami overexcitabilitas, dan empat faktor lainnya yaitu imajinasi, sendorik, emosi dan intelektual.

Kepribadian yang khusus

Anak gifted selain memiliki tingkat kreativitas yang tinggi ia juga memiliki kepribadian yang khusus yakni perfeksionis. Bagi anak gifted, perfeksionisme merupakan energi untuk mencapai keinginannya yang tinggi, karakter ini membuatnya selalu menginginkan sesuatu dengan sempurna. Namun, jika karakter perfeksionisme ini tidak dikelola dengan baik, anak gifted akan mengalami masalah-masalah dalam sosial-emosinya, sehingga bisa menyebabkan ia sulit untuk menerima kekalahan, dengan begitu akan muncul kefrustasian yang berulang-ulang dan menyebabkan perasaan rendah diri serta takut akan kegagalan, padahal sebenarnya bisa. Dua karakter ini, krativitas dan perfeksionisme, membuat anak gifted seolah-olah memisahkan sifatnya. Ada masa ketika anak menunjukkan kreativitasnya seperti mengubah-ubah sesuatu, membongkar, dan menyusun kembali, namun tidak lama kemudian ia menampakkan karakter perfeksionismenya dengan tiba-tiba, yang tadinya sangat rigid dengan sesuatu tapi justru ingin mengubah-ubah yang sudah ada, yang dinya menuntun ke-ajeg-an tiba-tiba berubah menjadi anak yang chaos. 

Kecepatan berpikir yang tinggi

Anak-anak gifted pada umumnya memiliki pengetahuan yang luas dan sangat efektif dalam menggunkan pengetahuannya. Selain itu ia juga memiliki pemikiran-pemikiran sebagai berikut

  • Cenderung menyukai pengetahuan yang kompleks dan menantang.
  • Cepat dalam mengambil keputusan sebagai pemecahan masalah, namun memerlukan waktu yang lama untuk memikirkan suatu perencanaan.
  • Mampu menunjukkan dan membuat kategori permasalahan secara efisien.
  • Mampu membuat penyesuaian pada pengetahuan yang prosedural.
  • Fleksibel dalam membuat strategi dan pemecahan masalah.
  • Mempunyai tingkat sofistifasi yang lebih tinggi dalam kemampuan metakognisi dan regulasi diri. 

Menurut Linda K. Silverman (2002), anak gifted mempunyai gaya berpikir yang gestalt (stimulan, global, dan cair), global dan multidimensional. Gaya berpikir yang seolah tidak ada ujungnya ini membuat anak gifted banyak bertanya dan dari jawaban pertanyaan tersebut akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru yang lain. Jawaban-jawaban yang dirasa tidak puas ini membuat pikirannya semakin kemana-mana dan multidimensional. Hal tersebut merupakan perwujudan dari kapasitas intelektual yang tinggi ditambah dengan kreativitasnya dalam memikirkan pemecahan masalah membuat ia seolah-olah tak berhenti berpikir. Pemikiran yang seperti ini membuat ia memiliki pengetahuan yang sangat dalam dan luas sehingga tak jarang kita menjumpai anak kecil yang sangat menguasai ilmu sains atau teknologi padahal ilmu tersebut cocok diberikan ketika di bangku perkuliahan. Namun, dengan keadaan seperti demikian membuat anak gifted sering di bully oleh teman-temannya karena mereka menganggap anak gifted hidup dengan dunianya sendiri, tidak ada kecocokan dalam berpikir antara dia dan teman-temannya. Situasi seperti ini jugamenyulitkan pihak sekolah ketika hendak memberikan materi karena anak gifted akan mudah merasa bosan dengan apa yang disampaikan oleh guru, motivasinya untuk mengembangkan apa yang menjadi minatnya terhambat dan ia harus menyerap materi-materi wajib yang sebenarnya bukan minatnya dan membuat ia justru merasa terkekang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline