Sebelum kita melihat sisi lain tersebut mari kita mengetahui apa maksud teori postmodern yang dicetuskan oleh salah satu filsuf yaitu Francois Lyotard. Teori ini pada awalnya ingin menyempurnakan teori modern tetapi akhirnya mlah merusak tatanan yang ada awalnya postmodern ingin membantu memberikan solusi untuk permasalahan teori modern. Tetapi bisa dibilang postmodern lebih berfokus pada mengkritik paradigma teori modern yang dinilai telah gagal mengangkat martabat manusia, kemajuan teknologi dan pengetahuan yang ada pada masa itu dianggap belum memajukan manusia. Pemikiran tersebut dicetuskan oleh salah satu tokoh filsuf yaitu Lyotard.
Milenial era yang telah berlalu, pada saat ini suda berada di era postmodern dan era budaya maya yang diman sosial media telah sangat berperan dalam kehidupan kita yaitu bersoasialisasi dan membentuk sebuah relasi dalam masyarakat modern. Kni telah terlihat peran dunia nyata telah diambil alih oleh sosial media dalam memberikan solusi dalam dunia realitas yang tidak memiliki batas. Namun hal ini justru menjadi perbicangan hangat bagi para orang tua dan pendidikan di masyarakat.
Dapat kita lihat secara tidak langsung anak anak mulai dari usia 5 tahun bahkan dibawah 5 tahun hingga para remaja dan mahasiswa telah terbiasa hidup dalam hidup yang konsumtif dan mudah untuk terpenaruhi memiliki smartphone berteknologi tinggi sehingga membiasakan mereka untuk hidup secara mudah atau instan, lalu mereka juga mudah meniru dan terbiasa dengan gaya hidup hedon,kapitalis,liberal.
Yang dimana sedangkan oang tua disibukkan dengan hidup yang sosialita misalnya mereka memiliki komunitas berhijab lalu mereka memposting hal tersebut tetapi tidak menggambarkan sebagai pribadi muslimah yang tidak baik. Mereka malah terjebak dalam ideologi kapitalis yang menampilkan kesan hidup glamor dan materialistis.
Tentu saja hal itu supaya mereka terlihat keren dan kekinian tetapi hal tersebut malah menjad berbahay karena terkadang dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertangung jawab yang mempengaruhi keselamatan remaja seperti contoh mereka rawan menjadi target penipuan,terkadang penculikan dan lebih parahnya perdagangan manusia seperti prostitusi online.
Sosial media adalah suatu alat yang digunakan untuk menciptakan hal yang tidak dapat dibedakan antara kehidupan palsu dan kehidupan nyata, dan hal buruknya dari sosial media dikhawatirkan menjadikan penurunan kualitas berpikir. Kehidupan buatan itulah yang dianalisi menggunakan teori postmodern dengan mengambarkan masyarakat modern sebagai jaringan hubungan atau publik.
Kehidupan di era digital ini sudah sangat meresahkan yang dimana mereka berbondong bondong mendirikan citra, update status terkini yang dimana mereka hanya mengharapkan banyaknya like dan komentar. Dan mereka hidup dalam siklus konsumtif karena dianggap lebih bergaya hal ini malah menjadi terbentuknya kelompok dan kelas yang setiap kelompok dikualifikasikan sesuai dengan gayanya dan hal terseut mengambarkan simbol mereka.
Dari hal tersebut terkadang salah satu dari mereka yang tidak sesuai dengan kelompoknya akan dibedakan dan bahkan di bully. Dari gambaran kehidupan masyarakat dunia maya dan sisi kelamnya, kehidupan mereka terporalisasi ole sosial media sehingga saling terhubung kapanpun dan dimanapun mereka tidak memikirkan jarak,waktu, bahkan budaya terkadang hal tersebut menyerap ideologi, produk kapitalis. Terkadang mereka ingin terlihat kaya, bahagia, ramah semua budaya maya tersebut justru menjadi industri yang memaksa dunia maya sehingga mereka menghalalkan segala cara untuk terlihat baik, dan ingin dianggap populer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H