Tepat satu tahun sudah Indonesia terdapampak Covid-19. Awalnya pasti tidak mudah untuk berdaptasi dengan kondisi seperti ini. Banyak hal dan gaya hidup kita sangat berubah karena pandemi ini. Semua orang pasti panic buying kesehatan seperti masker dan handsanitizer yang benar-benar langka karena semua orang sibuk mencari barang tersebut. Jika ingat saat-saat itu rasanya sedih sekali.
Banyak upaya yang sudah dilakukan pemerintah untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19 ini. Seperti mematuhi protokol kesehatan, penerapan sosial distancing, physical distancing, WFH( Work From Home), BDR (Belajar Dari Rumah), Penerapan 3M ( Menjaga Jarak, Memakai Masker, dan Menghindari Kerumunan), PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besa, bahkan sampai penyuntikan vaksin yang dilakukan secara bertahadap dan banyak mengundang pro dan kotra. Tentu do'a dan harapan selalu kita ucapkan agara penyebaran virus ini segera terselesaikan.
Beberapa hari kebelakang saya melihat distasiun televisi yang sedang menayangkan berita bahwa varian baru virus corona masuk ke Indonesia. Virus ini bernama corona B.1.1.7. Yang berasal dari Inggris. Awal mula virus ini masuk ke Indonesia menurut juru bicara Kementerian Kesehatan yaitu melalui WNI asal Karawang yang baru saja melakukan perjalanan dari Arab saudi. Varian itu ditemukan saat surveilans genom sequesing pada sampel pelaku perjalanan dari Arab Saudi. Diketahui virus ini lebih menular dibandingan dengan varian awal.
Melihat itu kita semua pasti sedih sekali karena belum berakhir varian awal tetapi sudah datang lagi varian baru. Pasti sekarang pemerintah membutuhkan tenaga kesehatan yang banyak karena takut kelonjakan pasien covid yang naik drastis. Melihat kondisi ini kemungkinan kecil untuk sekolah offline. Apalagi virus baru ini lebih membahayakan. Menurut saya jika terus seperti ini akan berdampak terhadap BDR karena membuat sebagian siswa merasa stres. Pendidikan akan melemah karena materi yang disampaikan oleh guru belum tentu diserap siswa dengan baik. Sebelumnya, ketika kegiatan pendidikan dilakukan di sekolah, pendidikan dilakukan dengan pengawasan langsung dari guru. Kegiatan-kegiatan yang mendukung pendidikan juga bisa dilakukan dengan langsung, secara intensif dan bisa diukur tingkat keberhasilannya.
Meskipun pendidikan bisa dilakukan secara daring namun siswa harus belajar di rumah dengan pendidikan selama masa pandemi ini melalui daring rasanya menjadi sedikit terabaikan. Kegiatan pendidikan yang dilakukan secara daring, dimana yang terjadi lebih banyak hanyalah proses pembelajaran atau pengetahuan materi yang diberikan sangat terbatas. Bahkan siswa yang tinggal di daerah mereka tekendala oleh sinyal yang menyebabkan lambatnya mengakses informasi.
Apalagi Siswa yang kurang mampu yang tidak mendapatkan kuota gratis dari pemerintah, berusaha mendapatkan kuota untuk mengikuti pembelajaran online. Mereka harus bertahan dengan kondisi serba keterbatasan. Tidak punya alasan, pelajar harus memenuhi standar penilaian yang telah ditetapkan.
Walaupun begitu siswa dapat menguasai teknologi untuk menunjang pembelajaran dari rumah. Dan orang tua bisa memantau langsung pembelajaran anaknya.
Banyak sekali yang hilang dari pandemi ini, namun banyak pula peluang yang hadir. Jangan sampai ada kehilangan lagi disekitar kita. Hal yang utama harus kita lakukan adalah menjaga protokol kesehatan dan mematuhi apa yang dikatakan pemerintah. Kita juga hanya perlu menunggu kemendikbud untuk mengumumkan bahwa sekolah bisa di lakukan secara offline.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H