Basuki Thahja Purnama, petahana gubernur DKI Jakarta dengan segala prestasi dan sensasinya pada hari selasa 20 September 2016 diusung oleh partai berlambang moncong putih PDIP. Hasil tersebut memang sudah jauh hari diprediksi oleh pengamat, yaitu menunggu Basuki menyelesaikan masalah-masalahnya khususnya terkait dengan hukum dapat terselesaikan dan terbukti tidak bersalah ataupun terkait sehingga track record yang bersih pun didapat oleh Basuki sekaligus kecermatan dari Dewan Partai PDIP dalam mengusung pak Basuki.
Ada yang menarik pada malam pengusungan yang terjadi Kantor KPUD dimana pada konferensi pers (setelah proses pendafataran berakhir) Ibu Mega memakaikan jas merah khas PDIP. Hal ini terjadi karena pada saat proses pendaftaran pak Basuki menolak untuk memakai jas, entah menolak entah enggan akan tetapi setelah Ibu Mega memasangkannya sulit bagi Pak Basuki untuk tidak menerima, namun ia menerima dengan keadaan tubuh seakaan menolak, seakan berkata "tuh da gw pake, puas lu", kutipan tersebut tentu saya sesuaikan dari bahasa yang biasa dipakai oleh pak Basuki.
Saya melihat ketidak wajaran dalam proses pengusungan pak Basuki, kita tahu bahwa pak Basuki berawal meyakinkan diri dan masyarakat untuk maju secara independen dengan alasan dan penjelasan yang begitu bijak, rasional dan menyakinkan diantaranya: biaya mesin partai mahal, deparpolisasi dan hal-hal yang mengajarkan kita bahwa dunia politik sekarang tidak sehat. Namun setelah beberapa minggu sebelum pendaftaran keyakinan ini pun berubah 180 derajat, pak Basuki memutuskan maju lewat partai. Terlepas dari apapun alasannya ada yang tetap mendukung ada juga yang kecewa khususnya komunitas "Teman Ahok" karena tujuan dari adanya komunitas ini dari awal tidak dapat terealisasi karena keputusan sepihak dari pak Basuki.
Namun karena loyalitas dan kepercayaan yang penuh terhadap pak Basuki pun, Teman Ahok tetap mendukung segala keputusan yang diambil oleh petahana sehingga pada akhirnya ada 4 (empat) partai yang mendukung, dengan kursi terbanyak ialah PDIP.
Kembali pada kejadian Ibu Mega memakaikan jas merah kepada pak Basuki, muncul pertanyaan dari says apakah alasan pak Basuki untuk menolak jas yang diberikan sebelumnya, mengapa yang harus memakaikannya Ibu Mega yang tentunya itu datang dari spontanitas dari Ibu Mega. Bentuk pengusungan artinya tanda hormat dan kepercayaan partai terhadap yang diusung, namun kenapa harus dipaksa, dan kenapa partai sebesar PDIP harus memaksa.
Sebuah partai harusnya memiliki sebuah ego, dignity sehingga ia memiliki keberlangsungan dalam melanjutkan visi dan misi yang partai tersebut cita-citakan. Partai adalah pilar demokrasi, terlepas banyaknya raport merah pada sebuah partai, undang-undang terlanjur menngamanatkan partai adalah alat untuk mewujudkan cita-cita bangsa negara dan sepatutnyalah partai harus memiliki idealisme yang tentunya tercermin dari anggotanya secara keseluruhan.
Saya tidak menyukai pak Basuki, namun bukan berarti saya membenci siapapun yang menjadi bagian dari pak Basuki karena bagaimana pun saya mengharapkan pula pesta demokrasi pada Februari 2017 nanti akan berlangsung meriah, penuh pembelajaran positif bagaimana berpolitik yang sehat dan membangun yaitu dengan beradu ide, adu gagasan, tanpa mengaitkan rasis yang sekarang-sekarang ini menjadi isu yang dimainkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab (baik dari penyebar isu maupun korban dari isu tersebut), sehingga bangsa Indonesia kedepan dapat menjadi bangsa yang cerdas dan bersahaja dan tidak mudah diadu domba dan dirusak oleh bangsanya sendiri, terlebih yang bukan dari keturunan bangsa Indonesia sendiri. Salam NKRI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H