Lihat ke Halaman Asli

Cinta karena Allah

Diperbarui: 1 Oktober 2016   01:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cinta manusia terhadap sesama sering kali membutakan hati, hilang arah tak tentu tujuan, terselubung nafsu berbalut kemunafikan. Cinta, rasa ini begitu luar biasa menggelegar, mengamuk dan sering kali mendera hati manusia. Desirnya, butiran cinta mampu memberikan kekuatan energi maha dashyat yang kita tidak pahami dari mana dan bagaimana datangnya. Pemahaman kita sendiri mengenai cinta sering kali direpresentasikan dalam bentuk pengorbanan sebagai bentuk manifestasi dari cinta yang kita miliki untuk manusia yang terkadang membawa kita pada keingkaran kepada Allah SWT.

Cinta, dihadirkan untuk umat manusia agar menjadikan kita lebih taat kepada Allah SWT, cinta yang sesungguhnya adalah menambah ketaqwaan terhadap Allah SWT. Pandangan dunia bagi orang beriman adalah pandangannya terhadap kebesaran Allah SWT, ketika melihat gunung termangu ia akan kebesaran Allah, ketika melihat hutan termangu ia akan kebesaran Allah, ketika melihat laut termangu ia akan kebesaran Allah karena ia mengetahui bahwa dengan karena kehendaknyalah semua isi dari jagat raya ini tercipta. Oleh karena itu bertambahlah ketaaan dan rasa syukur dalam dirinya.

Begitu pula dengan kehadiran cinta, pada hakikinya cinta itu memberikan semangat, bukan melemahkan semangat. Cinta adalah anugerah yang diberikan kepada Allah SWT kepada manusia agar mampu membersihkan yang kotor, menguatkan yang lemah, menambah ketawaan, dan bukan sebaliknya mengotorkan yang bersih, melemahkan yang kuat, mengurangi ketaatan kepada Allah SWT. Tak elak karena keangkuhan dan kesombongan manusia, anugerah cinta dijadikan celah dan kesempatan untuk mengeksplorasi, mengekspansi makna cinta atas nama sang pencipta. Sehingga kita pun lupa bahwa kadar kasih sayang itu, kemurnian dalam cinta itu pun sirna seiring dengan kelenaan terhadap cinta yang telah melupakan Allah SWT.

Allah adalah tujuan utama, dan kita sedang menuju kesana. Dan semoga cintaku kepadamu, insyaallah dilandasi karena cintaku kepada Allah. Karena mencintaimu karena Allah, akan membawaku pada pelukan dan ciuman mesra dari sang khalik sebagai bentuk cintanya yang tak akan tertandingi oleh cinta makhluk apapun didunia ini.

(Terinspirasi dari Tasawuh Cinta dan Cemburu Oleh Buya Hamka)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline