Lihat ke Halaman Asli

Membangun “Generasi Emas” dengan Membangun Minta Membaca

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Indonesia adalah bangsa yang besar dengan sampul perjalanan sejarah panjang yang penuh dengan dinamika politik yang mampu melewati fase transisi dari rezim “non demokrasi” ke rezim demokrasi. Rezim demokrasi yang dicapai dengan keringat dan airmata dari para pejuang dan pahlawan yang terus memberikan inspirasi dan semangat kemerdekaan.

Tatanan demokrasi di Indonesia mengedepankan pada hak azasi manusia yang menerima segala bentuk diversifikasi ras sebagai bentuk “kesatuan” Indonesia. Dengan dinamika dan problematika yang terus menerpa, Indonesia tetap teguh bersatu sampai diusianya yang ke-69 tahun dengan sebuah ideologi yang penuh dengan falsafah kebangsaan sebagai bentuk representasi dari demokrasi, yaitu pancasila.

Sebagai bangsa yang besar, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar dengan keanekaragaman suku, ras, dan agama didalamnya. Dengan jumlah penduduk no. 4 terbesar di dunia (setelah Cina, India, dan Amerika Serikat) yaitu 237,641 juta penduduk. Khususnya pada jumlah usia produktif diproyeksikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015 akan mencapai pada jumlah 2,24 juta yang berarti sekitar 26% dari jumlah penduduk Indonesia, dimana angka ini akan terus meningkat hingga tahun 2030.

Dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki peluang dan kesempatan pada “bonus demografi” yang harus dioptimalisasi untuk mendorong peningkatan laju perekonomian secara signifikan sebagaimana yang diakui oleh Morgan Stanley, salah satu bank ternama di Amerika bahwa “salah satu mesin yang menggerakkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, tidak bisa tidak, adalah sumber daya manusia”.

Khususnya dalam memasuki era globaliasasi, Indonesia sebagai negara yang memiliki pengaruh terhadap dinamika perekonomian dunia harus segera mempersiapkan dengan matang “bonus demografi” yang dimiliki sebagai solusi di tengah berbagai persoalan yang menghambat pembangunan Indonesia diantaranya seperti pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, korupsi, dll.

Kaum terpelajar (intelektual muda) Indonesia harus lahir menjadi “generasi emas” yaitu sumber daya manusia yang berkualitas sebagai strategi dalam memenuhi

tuntutan dan tantangan era globalisasi dimana produk, ide, gagasan, dan aspek lain dari budaya akan bebas keluar masuk yang bakal menciptakan persaingan bebas bagi setiap individu di Indonesia.

Generasi emas adalah tema yang diusung oleh kemendiknas dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Generasi yang kita yakini adalah agen perubahan yang mampu meninggikan derajat dan martabat Indonesia dimata dunia. Benih-benih generasi emas sudah harus disemai dari sekarang sehingga harapan pada generasi yang matang yang syarat dengan ilmu dan pengetahuan bekal dalam mendorong perubahan di Indonesia dapat terwujud.

Ilmu pengetahuan dan khususnya teknologi saat ini sudah maju kian pesat sehingga kita dapat memperoleh informasi dengan mudah. Kesadaran terhadap keterbukaan dengan segala macam informasi yang dapat memperkaya diri dengan pengetahuan, wawasan, dan pandangan secara luas yang salah satunya bisa diperoleh dengan membaca.

Membaca merupakan aktivitas dalam proses menyerap ilmu pengetahuan formal maupun informal. Aktivitas yang apabila dilakukan secara konsisten dapat merubah mindset dalam proses berfikir melalui dengan pendekatan ilmiah dan sistematis.

Aktivitas membaca sudah dilakukan jauh sebelum prakemerdekaan oleh para founding father yang telah membangun pondasi bangsa ini dari nol hingga sampai NKRI terbentuk. Membaca bagi para pendiri bangsa ini merupakan salah satu cara untuk memerdekaan bangsa Indonesia melalui memerdekaan pikiran terlebih dahulu, seperti kutipan Mohammad Hatta “aku rela dipenjarakan asalkan bersama buku, karena dengan buku aku merasa bebas” merupakan sepenggal ungkapan yang merepresentasikan peliknya kondisi perjuangan pada saat itu namun dalam keseharian Bung Hatta, membaca selalu menjadi agenda tetap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline