Lihat ke Halaman Asli

Nur Azizah

Mahasiswa Hubungan Internasional

Sistem Pemerintahan dan Politik Menurut Muhammad Iqbal

Diperbarui: 2 November 2019   00:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada tahun 1289 H atau 22 Februari 1873, disebuah kota di India yang bernama Sialnot lahirlah seorang anak yang tumbuh dewasa mebjadi seorang ulama sekaligus akademisi yang sangat cerdas dan kerap aktif dalam dunia politik dan pemerintahan islam yaitu Muhammad Iqbal. Muhammad Iqbal adalah anak dari Nur Muhammad yang seorang ulama juga. Muhammad Iqbal merupakan seorang yang haus akan pengetahuan. Setelah usai mempelajari Al-Qur'an dan Pendidikan Islam, ia dimasukan oleh ayahnya ke Mission College di Sialkot agar dapat bimbingan dari Maulawi mir Hasan, teman ayahnya yang ahli bahasa Persia dan Arab.

Muhammad Iqbal dikenal juga sebagai seorang penyair hebat pejuang kemerdekaan Pakistan bersama Muhammad Ali Jinnah. Ia merupakan seorang pelopor pembentuk negara bagi kaum muslim India yang terwujud sebagai negara pakistan 10 tahun setelah ia wafat. Setelah lulus dari Mission College ia melanjutkan studinya di Kolese Pemerintah di Lahore dan mendapat guru Sir Thomas Arnold (seorang pakar islam dan filsafat modern). Selain belajar, Muhammad Iqbal kerap menjadi korektor bahasa Arab di Universitas Kolase Oriental Lahore dan mengajar disana. Tidak sampaj disitu, selanjutnya ia melanjutkan studi ke beberapa tempat lagi seperti Lincoln's Inn di London, Cambridge University, dan Munich University di Jerman.

Dalam dunia perpolitikan Muhammad Iqbal juga kerap aktif. Pada tahun 1908, ia masuk kedalam Komite Inggris Liga Muslim se-India, menjadi anggota Majelis Legislatif Punjab dan menjadi salah sstu pemikir politik, serta sempat memberikan pidato kepresidenan Liga Muslim India pada tahun1930. Ia juga memiliki beberapa pemikiran dalam politik. Ia mengatakan bahwasanya tujuan Al-Qur'an adalah untuk membagkitkan kesadaran manusia yang lebih tinggi tentang hubungannya dengan tuhan daln alam semesta manusia di tuntut untuk mampu menerjemahkan dan menjabarkan semangat Nash Al-Qur'an yang masih bersifat garis besar kedalam realitas kehidupan. Al-Qur'an dapat menyatukan agama dan negara, etika dan politik dalam satu wahyu saja.

Semasa hidupnya, ia sempat menghasilkan beberapa karya sastra berupa syair :
1.Asrar-I-Khudi (Rahasia Diri)
2.Payam-I-Masyriq (Pesan dari Tinur)
3.Navid Namah (Kitab Keabadian)
4.Zabur-I-'Ajam (Taman Rahasia Baru)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline