Lihat ke Halaman Asli

Nazira Elok Safitri

An Undergraduate Student Bachelor of Public Health, Universitas Airlangga

Permasalahan Gizi Buruk yang Belum Usai, Mulai Dari Mana?

Diperbarui: 8 September 2024   04:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Gizi buruk merupakan kondisi kesehatan yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan nutrisi yang diperlukan tubuh untuk dapat tumbuh, berkembang, dan berfungsi dengan baik. Tidak hanya kasus kekurangan namun juga kelebihan nutrisi. Sayangnya masih banyak orang menganggap bahwasannya gizi buruk hanya tentang kasus stunting, padahal itu hanyalah satu dari wujud gizi buruk dan untuk dapat mengatasi permasalahan ini dibutuhkan kontribusi masyarakat terutama kesadarannya akan pentingnya pemenuhan nutrisi yang cukup. Masalah gizi memang menjadi suatu hal yang krusial karena sifatnya yang irreversible atau tidak bisa kembali sehingga membutuhkan penanganan segera.

Banyak faktor yang melatarbelakangi timbulnya masalah gizi buruk, mulai dari kesehatan, pendidikan, pengetahuan, kesadaran, lingkungan, hingga faktor ekonomi yang menyebabkan akses pengetahuan dan akses terhadap makanan bergizi terhambat. Tidak terpenuhinya kebutuhan gizi manusia dapat menimbulkan banyak dampak negatif seperti terhambatnya kemampuan belajar dan perkembangan kognitif, menghambat masa pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak seperti tinggi dan berat bedan yang tidak sesuai dengan umur serta IMT (Indeks Massa Tubuh). Tentunya dari hal tersebut akan menyebabkan banyak permasalahan lain yang lebih kompleks ke depannya.

Melihat urgensi dari permasalahan ini membuat pentingnya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat melalui pendidikan dan kampanye kesehatan perlu digencarkan lebih lanjut. Semua masyarakat memiliki perannya untuk dapat merujudkan Indonesia bebas gizi buruk. Namun, peran keluarga, orang tua terutama ibu memegang peran yang sangat vital untuk mengatasinya. Hal ini karena untuk mencetak generasi yang sehat dan cerdas melalui pemenuhan gizi pada anak sejak masih di dalam kandungan atau yang dikenal dengan 1000 hari pertama kehidupan (HPK) yang mana lingkungan tumbuhnya anak-anak adalah di sisi orang tua.

Permasalahan gizi buruk bukanlah permasalahan yang instan dan membutuhkan penanganan segera. Oleh karena itu kita dapat mengurangi prevalensi gizi buruk dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan dengan mulai bekerja sama memberikan hak pemenuhan gizi terbaik untuk menuju masyarakat yang lebih sehat dan produktif.

Daftar Pustaka:

Hari Pertama Kehidupan/ Golden Period dengan Status Gizi Balita Di Desa Sitanggal Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2018. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada.

Lestari, D. P. (2022). Upaya Pencegahan Risiko Gizi Buruk pada Balita: Literature Review. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi.

Simanjuntak, D., & Sindar, A. (2019). Sistem Pkar deteksi Gizi Buruk Balita dengan Metode Naive Bayes Classifier. Junal Infokar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline