Lihat ke Halaman Asli

Jogjakarta Communication Conference: Tantangan Komunikasi Pasca Pandemi

Diperbarui: 24 Maret 2021   01:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jogjakarta Communication Conference (JCC), kembali di gelar pada hari Kamis, 18 Maret 2021. JCC merupakan konferensi akademik di bidang Ilmu Komunikasi. Konferensi ini merupakan event tahunan yang sudah berjalan 3 tahun terakhir. Pada tahun ini, JCC hadir dengan tema "Communication Challenges In Post-Pandemic".

"JCC merupakan event hasil kolaborasi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Ahmad Dahlan, yang didukung oleh Perguruan Tinggi Muhammadiyah -- Aisyiyah (APIK-PTMA), Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM) Korwil Jawa Tengah -- Daerah Istimewa Yogyakarta, serta berbagai perguruan tinggi baik dari dalam maupun luar negeri" Mufid Salim, selaku moderator.

JCC tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, event tahun ini diselenggarakan secara virtual melalui Zoom dan kanal Youtube Universitas Ahmad Dahlan. Konferensi tahunan kali ini menghadirkan narasumber dari berbagai negara mulai dari China, Afrika Selatan, Belanda, Slovakia, serta Indonesia. Dalam event ini mengulas bahwa melakukan komunikasi menjadi tantangan pada era pandemi sekarang. Di mana pandemi membawa perubahan pada pola kehidupan masyarakat dengan dibatasinya pertemuan yang membuat minimnya berkomunikasi secara langsung atau tatap muka. Teknologi mendukung agar tetap bisa melakukan komunikasi yang efisien dengan adanya media online.

Dampak baik adanya media online dalam teknologi memudahkan untuk melakukan komunikasi dan mendapatkan informasi dari berbagai perspektif, karena sifatnya yang terbuka dan dapat diakses oleh siapapun. Namun, teknologi juga dapat membawa dampak buruk yang sangat berpengaruh pada kondisi psikis masyarakat, terlebih pada era pandemi saat ini.

Belakangan ini, ramai bermunculan isu-isu yang dapat meresahkan masyarakat, yakni hoax dan konspirasi bahwa covid-19 tidak pernah ada, konspirasi bahwa vaksin yang ditemukan dipercaya dapat menjadikan diri manusia menjadi zombie. Selain konspirasi, bermunculan pula di sosial media Gerakan Anti Vaksin (Anti-Vaccine Movement), serta keyakinan bahwa vaksinasi yang dilakukan dapat menularkan penyakit.

"Peran media idealnya sebagai pemerhati masyarakat dalam menghadapi masa krisis dan mendampingi masyarakat untuk keluar dari masa-masa sulit ini", ujar Prof. Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni. Beliau, menambahkan "Dibutuhkan pula komunikasi yang baik untuk meminimalisir rumor dan kesalahpahaman yang berpotensi menjauhkan respon terbaik".

Dengan adanya isu-isu terkait, maka menjadi tantangan besar serta tidak mudah karena media sosial yang sifatnya terbuka dengan berbagai informasi tidak akurat. Masyarakat pun harus lebih bijak dan kritis dalam mengonsumsi informasi dari berbagai media sosial. Lebih lanjut, masyarakat perlu menguji kebenaran dari informasi yang di dapatkannya. Dengan begitu, masyarakat mampu mendorong transformasi kehidupan sosial-politik di masa mendatang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline