Lihat ke Halaman Asli

Akhlak Seorang Da`i

Diperbarui: 29 Mei 2024   17:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Akhlak Seorang Dai
Oleh: Syamsul Yakin dan Nazdah Issyatu Rachman
Dosen dan Mahasiswi UIN Syarif Hidauatullah Jakarta

Akhlak adalah respons spontan. Akhlak seorang dai adalah respons spontan terhadap mad'u. Mad'u memiliki beragam perilaku, ada yang menyenangkan, ada yang asyik dengan dirinya sendiri, dan ada yang menguji kesabaran seorang dai.

Namun Allah meyakinkan bahwa seorang dai dapat bersikap lembut saat berhadapan dengan mad'u, apa pun kondisinya. Allah menegaskan, "Maka berkat rahmat dari Allah kamu menjadi lemah lembut kepada mereka" (QS. Ali Imran/3: 159).

Dalam sejarah dakwah Nabi, ayat ini menjadi jaminan Allah kepada Nabi bahwa apa pun respons mad'u, Allah akan melembutkan hati Nabi. Hal ini juga berlaku bagi para dai saat ini.

Sejarah mencatat bahwa Nabi memperlakukan orang kafir Mekah dengan lembut. Nabi melihat mad'u sebagai objek dakwah dan saudara sesama manusia yang harus dikembalikan kepada jalan kebenaran. Karena itu, meskipun mereka melakukan pelanggaran berat, Nabi tetap bersikap lemah lembut, bahkan saat mereka memboikotnya.

Di Mekah, Nabi diboikot secara ekonomi. Mereka mengumumkan agar tidak menjual apa pun kepada Nabi dan tidak membeli apa pun dari Nabi. Padahal, masyarakat Mekah sangat bergantung pada perdagangan.

Sebagai seorang dai, Nabi merespons kondisi ini dengan akhlak mulia. Allah berpesan, "Dan sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu, maka maafkanlah mereka" (QS. Ali Imran/3: 159).

Dari sini, ada dua akhlak seorang dai berdasarkan petunjuk al-Qur'an: lemah lembut dan pemaaf. Mengenai pemaaf, Allah menjanjikan, "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim" (QS. al-Syura/42: 40).

Akhlak berikutnya yang harus dimiliki oleh dai adalah memohonkan ampunan bagi mad'u yang berdosa berat kepada Allah. Ini tertuang dalam potongan ayat, "Mohonkanlah ampunan bagi mereka" (QS. Ali Imran/3: 159).

Saat berdakwah di Thaif, Nabi diperlakukan secara zalim. Melihat hal ini, malaikat berkata, "Hai Muhammad, jika kamu mau, aku bisa menimpakan al-Akhsyabain (dua gunung besar) kepada mereka." Rasulullah menjawab, "Tidak, aku berharap Allah akan melahirkan dari keturunan mereka orang-orang yang beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apa pun" (HR. Bukhari).

Akhlak seorang dai berikutnya adalah bermusyawarah dengan mad'u. Allah mengajarkan, "Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu" (QS. Ali Imran/3: 159).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline